Pembangunan Infrastruktur dan Sistem Logistik Nasional
Harus kita akui
pembangunan infrastruktur di Indonesia masih jauh tertinggal jika dibandingkan
dengan pembangunan infrastruktur di negara-negara tetangga kita di Asia.
Bahkan di antara
negara-negara ASEAN, pembangunan infrastruktur kita juga masih tertinggal,
khususnya jika dibandingkan dengan Thailand, Malaysia, dan Singapura.
Parameternya mudah, kita lihat saja kondisi fasilitas jalan dan pelabuhan di
Indonesia atau jarak tempuh dari satu tempat ke tempat lain, apakah lancar,
mudah,dan murah?
Coba kita lihat
fakta-fakta berikut ini, misalnya, Pelabuhan penyeberangan Merak-Bakauheni
masih sering mengalami antrean panjang bahkan hingga berhari-hari, jarak tempuh
lewat darat Jakarta-Surabaya semakin lama semakin memakan waktu.
Bahkan jarak tempuh dari
pabrik di sekitar Jabodetabek menuju Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta
memerlukan waktu yang semakin panjang dari waktu ke waktu karena truk
pengangkut harus menembus kemacetan di sepanjang tol dalam kota yang kian parah
setiap harinya. Apa akibat dari semua itu? Tentu saja harga barang menjadi
mahal karena ongkos distribusi naik, komoditas barang yang mempunyai batas usia
(expired date) bisa busuk di perjalanan dan terbuang percuma.
Selain itu kapal-kapal
pengangkut menjadi lebih lama bersandar di pelabuhan yang berakibat pada
naiknya biaya sandar di satu sisi dan antrean kapal yang akan masuk pelabuhan
juga menjadi semakin lama. Buruh pun berteriak untuk meminta kenaikan upah
karena harga-harga yang semakin melambung dan daya beli turun. Ongkos produksi
dan distribusi semakin mahal, margin semakin tertekan, pengusaha dan investor
pun semakin keras memutar otak untuk meningkatkan efisiensi.
Mereka yang tidak kuat
bisa saja menutup usaha atau hengkang dan mencari lokasi investasi baru di
negara lain. Jika sudah demikian, tingkat pengangguran pun akan meningkat dan
masyarakat miskin bertambah yang berbuntut pada tingkat kriminalitas yang
meningkat pula. Dapat kita bayangkan begitu banyak dan besar efek berganda baik
sosial maupun ekonomi yang bisa terjadi sebagai akibat dari buruknya
infrastruktur.
Infrastruktur adalah
sarana penunjang bagi aktivitas masyarakat di suatu wilayah yang juga berfungsi
untuk menghubungkannya dengan wilayahwilayah lain dalam melakukan berbagai
aktivitas. Dalam praktik, rantai suplai (supply chain) infrastruktur
transportasi dan telekomunikasi memegang peranan yang sangat vital dalam
mewujudkan berjalannya proses supply dan demand di dalam proses produksi dan
distribusi. Ketersediaan transportasi jalan, jalur kereta, udara, dan laut
merupakan hal yang sangat vital.
Kebutuhan energi dan
telekomunikasi juga harus dipenuhi. Kemauan suatu pemerintah di suatu wilayah
untuk membangun dan meningkatkan sarana infrastrukturnya menjadi satu hal yang
patut dipertimbangkan dalam menentukan lokasi investasi (Chase & Jacobs
2011, Operations and Supply Chain Management). Jadi iklim investasi di suatu
negara pun akan sangat tergantung pada keseriusan pemerintah di negara tersebut
dalam membangun infrastrukturnya.
Sistem Logistik Nasional
Baru-baru ini pemerintah
kita melalui Menko Perekonomian mencanangkan dibentuknya Sistem Logistik
Nasional (Sislognas) sebagai satu upaya untuk meningkatkan nilai kompetitif
bangsa dan produk-produk yang dihasilkannya dalam menghadapi persaingan global.
Tentu saja ini merupakan inisiatif yang sangat baik dan harus didukung semua
pihak.
Apakah Sislognas? Secara
definisi Sislognas adalah suatu Sistem yang mampu untuk menjamin berlangsungnya
suatu proses pergerakan atau distribusi barang baik material maupun produk jadi
dari satu tempat ke tempat lain dengan baik dan sesuai dengan jumlah yang
dibutuhkan dalam skala wilayah nasional Indonesia. Secara ringkas Sislognas
adalah suatu sistem yang mendukung proses pengelolaan rantai suplai (supply
chain management) berskala nasional.
Keberhasilan Sislognas
tentu saja tidak akan terlepas dari kesiapan dan kemauan pemerintah untuk
mempersiapkan dan membangun sarana infrastruktur yang memadai. Terlebih negara
kita adalah negara kepulauan di mana sumber daya alam kita tersebar dari Sabang
sampai Merauke, lokasi pabrik yang mendekati sumber daya alam, dan proses
distribusi yang harus menjangkau pasar dan konsumen yang juga tersebar. Tanpa
sarana infrastruktur yang baik, mustahil Sislognas dapat terwujud dan kita bisa
menghasilkan produk-produk yang kompetitif, berkualitas, dan mudah dijangkau.
Kita boleh sedikit lega
karena di 2013 ini pemerintah menyiapkan investasi sebesar USD20 miliar (setara
Rp200 triliun) untuk membangun dan meningkatkan infrastruktur. Dengan dana
sebesar itu direncanakan pemerintah akan meningkatkan kapasitas jalan yang ada
sekarang sepanjang 4.278 km, menambah jalan baru sepanjang 559 km, dan
membangun jalur kereta api sepanjang 380 km. Di samping itu juga akan dilakukan
perbaikan terhadap 120 pelabuhan udara dan menambah 15 pelabuhan udara baru
serta dibangun 61 pelabuhan kapal laut.
Produksi dan distribusi
energi juga akan ditingkatkan dengan pembangunan pembangkit listrik baru
beserta transmisinya dan pemipaan gas. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
memperkirakan total investasi yang akan terjadi di Indonesia pada 2013 sebesar
Rp390,3 triliun atau meningkat dari Rp290 triliun pada tahun sebelumnya (2012).
Kita tentu semua berharap agar apa yang telah dicanangkan ini dapat segera
dimulai dan terwujud.
Solusi Infrastruktur
Dalam kerangka pembangunan
infrastruktur ini jadi terlihat bahwa langkah pemerintah menaikkan upah minimum
regional (UMR) merupakan langkah yang kurang tepat. Karena dengan menaikkan UMR
secara langsung akan menaikkan biaya produksi dan distribusi yang berakibat
pada kenaikan harga barang dan jasa.
Ujung-ujungnya daya beli
masyarakat tetap saja akan rendah karena kenaikan UMR tersebut tidak akan mampu
mengatasi kenaikan hargaharga barang dan jasa yang ditimbulkannya.
Seharusnya pemerintah
sadar bahwa alih-alih meminta pengusaha atau investor untuk menaikkan UMR,
pemerintahlah seharusnya menyelesaikan akar masalahnya dengan meningkatkan dan
membangun sarana infrastruktur yang mendukung proses produksi dan distribusi
tadi. Dengan demikian akan terjadi peningkatan efisiensi dalam proses produksi
dan distribusi sehingga biaya bisa diturunkan dan harga-harga dapat ditekan dan
pada gilirannya daya beli masyarakat pun otomatis akan meningkat.
Investor juga akan semakin
percaya diri untuk meningkatkan investasinya di Indonesia. Mari kita tunggu
realisasi pemerintah untuk membangun infrastruktur tersebut dan semoga pada
2013 ini dapat menjadi tahun kebangkitan infrastruktur Indonesia!
HANDI SAPTA MUKTI
Praktisi Manajemen dan Teknologi Informasi,
Pemerhati Masalah Sosial & Lingkungan,
Mahasiswa Program Pascasarjana Sekolah Tinggi
Manajemen PPM
http://blog.ub.ac.id/bangkitbangsaku/2013/01/20/pembangunan-infrastruktur-dan-sistem-logistik-nasional/