Gloria Fransisca K. Lawi, Bisnis Indonesia, Selasa 11 April 2017
Zaldy Ilham Masita, Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) menyatakan pihaknya menyambut positif pengapalan langsung atau direct call kapal ke Amerika Serikat menggunakan kapal kontainer milik CMA0CGM.
Dia mengingatkan agar pengiriman barang harus konsisten, jangan hanya bersifat sementara saja.
Menurutnya, kejadian penghentian direct call dari Bitung ke Hong Kong oleh Maersk Line akibat volume muatan yang tidak seimbang.
“Harus dipertimbangkan juga volume impor dari USA [United States of America] ke Indonesia, impor beberapa komoditas seperti gandum atau kedelai bisa memanfaatkan itu,” katanya kepada Bisnis, Senin (10/4).
Zaldy menilai biaya pengapalan bakal tinggi jika volume muatan tidka imbang antara ekspor dengan impor. Kondisi itu menjadi semakin tidak sesuai dengan harapan menggunakan kapal besar jika biaya per kontainer lebih mahal.
Dia juga menilai efisiensi biaya logistik dengan kedatangan rutin kapal CMA-CGM Titus hasil keja sama PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II dengan perusahaan pelayaran CMA-CGM belum tentu terjadi. Alasannya, biaya logistik tidak hanya tergantung dari biaya pelayaran saja. Ada faktor lain yang mempengaruhi yaitu biaya inventory.
“Jadi harus dibandingkan inventory time sejak produk siap ekspor sampai produk tiba di USA, apakah lebih cepat. Dan CMA-CGM yang mungkin seminggu sekali baru masuk Jakarta, atau via Singapura yang ada setiap hari.”
Zaldy mengusulkan agar Pelindo II memperbanyak direct call dari Indonesia ke pelabuhan di negara Asia Tenggara lain sehingga kapal besar CMA-CGM bisa dimanfaatkan dengan maksimal.
Dia memprediksi direct call CMA-CGM baru berhasil menekan biaya pengiriman kontainer dari dan menuju AS jika kapal itu beroperasi selama 3 bulan. “Karena pemerintah selama ini kebanyakan hanya berharap biaya logistik turun tapi kenyataannya tidak ada yang turun.”
PT Pelindo II telah bekerja sama dengan CMA – CGM mendatangkan kapal kontainer berkapasitas 8.500 TEUs di Pelabuhan Tanjung Priok pada Minggu (9/4).
Kapal tersebut membongkar muat kontainer untuk diangkut ke AS sebanyak 2.300 TEUs. Adapun sebagian angkutan merupakan barang hasil konsolidasi barang atau transshipment dari sejumlah pelabuhan di Indonesia.
Chairman Supply Chain Indonesia (SCI) Setiyadi menilai persinggahan kapal kontainer berkapasitas besar di Tanjung Priok sangat penting bagi perekonomian nasional karena sekitar 65% volume ekspor impor Indonesia melalui pelabuhan itu.
Dia berharap kehadiran CMA-CGM menjadi pemicu kehadiran kapal kontainer berkapasitas besar lainnya di Pelabuhan Tanjung Priok.
Namun, Setiyadi menilai perlu dilakukan perbaikan struktur ke pelabuhan nasional, mencakup penentuan pengumpul dan pemgumpan atau hub and spoke dan rute transportasi laut, sehingga muata dapat terkonsolidasi secara efektif.