Puput Ady Sukarno, Bisnis Indonesia, Selasa 6 Juni 2017
JAKARTA – Operator pelabuhan asal Belanda, Port of Rotterdam, memastikan terlibat dalam pembangunan dan pengelolaan Pelabuhan Kuala Tanjung tahap kedua di Sumatra Utara.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan kepastian ini disampaikan salah satu operator pelabuhan ternama di Eropa melalui surat kepada Pemerintah Indonesia.
“Port of Rotterdam sudah kirim surat ke kami tentang kesanggupannya untuk mengelola. Selain itu mereka juga akan investasi di Pelabuhan Kuala Tanjung,” ujarnya seusai Acara Serah Terima Proyek Peningkatan Sistem Lalu Lintas Kapal (Vessel Traffic System/VTS) di Kemenhub, Senin (5/6).
Dia berharap keterlibatan Port of Rotterdam dalam pengembangan Pelabuhan Kuala Tanjung menuju pelabuhan hub internasional tersebut dapat meningkatkan konektivitas dengan sejumlah negara di Eropa lainnya.
Namun, Budi Karya menegaskan tetap membuka peluang seluas-luasnya bagi para calon investor dari negara lain untuk mengembangkan Pelabuhan Kuala Tanjung tersebut. Pelibatan investor itu diharapkan berasal dari negara Timur Tengah dan Asia lainnya.
“Di Kuala Tanjung ini kan besar yang di sana selain pelabuhan juga ada Kawasan Ekonomi Khusus dan lain sebagainya yang bisa digarap para investor. Saat ini selain Port of Rotterdam yang serius juga ada dari China dan Dubai,” ujarnya.
Menehub menegaskan sudah melakukan pembicaraan dengan Kementerian BUMN guna menjadikan Pelabuhan Kuala Tanjung sebagai model pelabuhan dengan bentuk sistem kepabeanan serta teknologi pengangkutan yang canggih.
Semua itu diharapkan semakin meningkatkan daya saing pelabuhan dengan negara lain.
“Jadi tidak hanya penduduknya banyak, barang yang banyak, captive market yang besar, tetapi secara teknologi dan sistem kepabeanan juga harus lebih baik berkelas dunia,” tegasnya.
AJAK JEPANG
Menhub juga menawarkan kepada Pemerintah Jepang untuk terlibat dalam kolaborasi mengembangkan Pelabuhan Kuala Tanjung tahap kedua dan ketiga.
“Kita juga ajak Jepang untuk turut garap Kuala Tanjung. Bahkan untuk Tahap Pertama pun, mereka juga bisa, kan di sini bisa banyak hal yang bisa dikerja samakan,” ujarnya.
Selama ini, Jepang sudah memberikan bantuan proyek pembangunan VTS demi peningkatan keselamatan Pelayaran di Selatan Malaka dan Selat Singapura. Lokasi Pelabuhan Kuala Tanjung juga dekat dengan area perairan itu.
Dengan pelibatan Jepang, Budi Karya mengharapkan ada kolaborasi dalam pemanduan kapal Jepang yang melintasi Selat Malaka dan Selat Singapura.
Sebelumnya, Kemenhub menyatakan pembangunan dan penglolaan Kuala Tanjung Tahap Kedua bakal melibatkan pihak swasta asing demi kemudahan mewujudkan fungsinya sebagai salah satu pelabuhan hub internasional.
Keseriusan Kemenhub yang bakal melibatkan pihak swasta asing itu dibuktikan dengan adanya pembicaraan yang dilakukan secara intensif dengan sejumlah operator pelabuhan global dan operator pelayaran global di antaranya seperti Port of Rotterdamdan Dubai Port World.
Menhub sudah memberikan ultimatum kepada Port of Rotterdam agar memastikan kejelasan keterlibatannya dalam menggarap Pelabuhan Kuala Tanjung tahap Kedua.
Saat itu, operator pelabuhan asal Belanda itu diberikan batas waktu hingga akhir Mei 2017. Bila tidak ada respons dari Port of Rotterdam, Menhub akan menyerahkan pengembangan Pelabuhan Kuala Tanjung kepada investor lainnya.
Dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Raja Oloan Saut Gurning menilai rencana pemerintah melibatkan swasta asing dalam pengelolaan Pelabuhan Kuala Tanjung adalah langkah yang tepat.
“Bahkan itu justru dibutuhkan, untuk mengembangkan Pelabuhan Kuala Tanjung hingga mencapai keempat tahapannya itu,” tegasnya.