Kompas, Kamis 28 September 2017
BANDUNG, KOMPAS – Pengoperasian Pelabuhan Patimban di Subang – Jawa Barat, diyakini dapat memangkas ongkos distribusi industri di Jawa Barat hingga hampir lima kali lipat. Kondisi ini berpotensi meningkatkan daya saing industri dan mendorong ekspor beragam komoditas asal Jawa Barat.
“Pelaku industri Jabar, yang banyak terkumpul di sekitar Karawang, Tangerang, Subang dan Purwakarta bisa mengirimkan barang melalui Pelabuhan Patimban ketimbang lewat Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto di Kota Bandung, Rabu (27/9).
Airlangga menyatakan hal itu saat jumpa pers Rapat Koordinator Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Bank Indonesia bertajuk “Mendorong Berkembangnya Sektor Ekonomi Potensial yang Berdaya Saing Tinggi melalui Peningkatan dan Pemerataan Kapasitas Infrastruktur”.
Hadir dalam acara itu Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo, Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, dan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan.
Pelabuhan Patimban direncanakan beroperasi pada Maret 2019. Pelabuhan akan dimaksimalkan sebagai setra logistik. Sektor industri yang akan menjadi prioritas pengguna pelabuhan adalah industri otomotif dan tekstil. Mulai 2020, misalnya, kapasitas produksi industri mobil nasional, yang semua berada di Jabar, dua juta unit per tahun.
“Pelaku industri di Jabar biasa mengeluarkan biaya sekita 4,9 dollar Amerika Serikat (AS) per kilometer untuk mengirimkan barang ke Pelabuhan Tanjung Priok. Melalui Patimban, ongkos menjadi 1 dollar AS per kilometer,” ujar Airlangga.
Airlangga menjelaskan, ongkos distribusi 4,9 dollar AS per kilometer jauh lebih besar dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lain. Rata-rata ongkos pengiriman ideal di negara-negara itu sekitar 1 dollar AS per kilometer.
“Dengan biaya yang lebih murah, pengiriman barang dari Pelabuhan Patimban bisa menggairahkan kembali industri di Jabar,” kata Airlangga.
Gubernur Jabar Ahmad Heryawan mengatakan, pembangunan Pelabuhan Patimban merupakan salah satu proyek infrastruktur yang diprioritaskan selesai tepat waktu. Selain memicu pertumbuhan ekonomi, Patimbang juga bisa menjembatani ketimpangan kondisi ekonomi Jabar bagian utara dengan selatan.
Selain Pelabuhan Patimban, beragam proyek infrastruktur juga tengah dilakukan di Jabar. Proyek itu antara lain Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) dan Jalan Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi). Ada pula proyek infrastruktur Bendungan Leuwikeris di Tasikmalaya dan jalur ganda kereta Bogor-Sukabumi.
Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo mengatakan, Jabar memiliki potensi besar memicu pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi Jabar pada kuartal kedua tahun ini 5,29 persen. Angka itu lebih tinggi ketimbang pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,01 persen.
“Barbagai proyek infrastruktur itu tidak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi Jabar, tetapi juga berkontribusi untuk meningkatkan perekonomian nasional,” ujar Agus.
Tanjung Adikarto
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta memberi isyarat akan melanjutkan pembangunan Pelabuhan Tanjung Adikarto di Kabupaten Kulon Progo. Pembangunan pelabuhan tersebut terhenti sejak 2015. Sejumlah kajian telah dilakukan untuk membangun ulang pelabuhan, yang direncanakan dimulai pada tahun 2018.
Ditemui di kompleks perkantoran Pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu, Kepala Balai Besar Wilayah Sungau Serayu Opak, Tri Bayu Aji, mengatakan, pihaknya akan mulai mengeruk muara Sungai Serang. Muara itu menjadi pintu masuk Pelabuhan Adikarto. Pendanaan dan pelaksanaan pembangunan didukung Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (BKY/DIM/AHA)