Feby Novalius, Okezone.com, Selasa 21 November 2017
JAKARTA - Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) mengaku tidak masalah dengan kenaikan tarif tol. Seperti yang akan dilakukan di ruas tol Tangerang-Merak, Gempol-Pandaan, Makassar Seksi 4, dan Cikopo-Palimanan dengan besaran kenaikan masing-masing tol 7%, pada Selasa, 21 November 2017.
Namun, Sekretaris Umum ALFI Jawa Barat Trismawan mengatakan, perusahaan logistik lebih kepada mempertanyakan apakah kenaikan tol tersebut mampu mengatasi kemacetan. Pasalnya, masalah utama bagi pengusaha logistik adalah kemacetan yang memakan biaya logistik begitu besar.
"Saya lebih suka (tarif tol) diberlakukan congestion charge dari pada hanya kenaikan tarif secara umum karena jika penerapan kenaikan yang kurang pas akan tetap berdampak kemacetan di ruas-ruas tol yang utama. Congestion charge maksudnya memberlakukan tarif tol berlipat saat jam jam sibuk ( pagi dan sore ) di mana kegiatan distribusi barang bersamaan dengan masuk atau pulang karyawan," ujarnya saat dihubungi Okezone.
Menurut dia, kenaikan biaya tidak dapat diimbangi lagi dengan produktivitas angkutan barang karena kemacetan yang terjadi. Juga perlu diatur semua kegiatan pendukung aktivitas logistik seperti pelabuhan, depo kontainer dan pabrikan atau trading untuk menyesuaikan jam kerja agar lebih efisien dan produktif atas biaya logistik .
"Saat ini masih banyak pelayanan yang tidak 24 jam selama seminggu. Sehingga bertumpuk kegiatan di working hour (08.00-17.00)," tuturnya.
Sementara itu, Ketua Umum ALFI Yukki Nugrahawan Hanafi menambahkan, kenaikan tarif tol harus disertai dengan analisa kemacetan yang nyatanya masih terus terjadi. Jala tol yang fungsinya bebas hambatan, ternyata sudah berubah dengan kemacetan yang berjam-jam.
"Jadi kami usulkan adalah kenaikan saat kemacetan ini terjadi kemacetan, setelah tidak itu kembali normal dan ada contohnya di negara Eropa juga," tandasnya.
Sumber:
https://economy.okezone.com/read/2017/11/20/320/1817164/tarif-tol-naik-pengusaha-logistik-minta-kenaikan-berlipat-di-jam-sibuk