News Detail
Pengusaha Logistik Rugi Miliaran Rupiah akibat Banjir di Jalan Raya Porong

Aflahul Abidin/M Taufik, Tribunnews.com, Senin 4 Desember 2017

TRIBUNNEWS.COM, SIDOARJO – Banjir di jalan raya Porong, Sidoarjo mengakibatkan kerugian material besar bagi para pengusaha logistik.

 

Penutupan jalan utama penghubung antara Surabaya dan Pasuruan, Malang, hingga Banyuwangi itu membuat waktu tempuh distribusi menjadi lebih lama.

 

Ketua DPW Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia (APBMI) Jawa Timur, Kody Lamaayu Fredy mengatakan, kerugian itu mencapai Rp 1 juta per unit angkutan yang biasanya melewati rute jalan tersebut.

 

Ia memperkirakan, jumlah rata-rata unit yang jalan di sana per hari adalah 3.000. Jika ditotal, nilai kerugian itu mencapai Rp 3 miliar.

 

"Kami kalau menghitung secara riil, unit ke sana bisa narik dua rit (per hari). Dengan kemacetan itu, hanya 1 rit dalam sehari semalam. Rugi per unitnya sekitar 1 juta," kata Kody, kepada Surya beberapa waktu lalu.

 

Kemacatan yang ia maksud, yakni yang terjadi di jalan alteri.

 

Setelah jalan di Porong ditutup, semua kendaraan diarahkan untuk lewat jalan alternatif tersebut.

 

Akibatnya kemacetan tak terhindarkan. Sebuah kendaraan butuh waktu dua hingga tiga jam untuk bisa melewati rute tersebut.

 

Ia menyebut, nilai kerugian tak bisa dihitung hanya berdasar waktu kemacetan.

 

Jika harusnya tiap unit bisa membawa barang sebanyak dua rit, kemacetan menjadikan hanya satu rit per hari.

 

"Mengangkut barang kalau lebih tiga jam, begitu tiba di tujuan, tempatnya sudah tutup. Harus menunggu besoknya lagi. Contohnya, saya bawa barang dari pelabuhan ke Ngoro Industrial Park, macetnya itu sudah dari Sidoarjo. Sampai di arteri, terus macet. Perhitungan saya satu kendaraan bisa tembbus ke Pandaan itu 3 jam. Begitu mau masuk ke pabriknya, pabriknya sudah tutup. Menunggu besok baru buku," jelasnya.

 

Pria yang juga menjabat Ketua Umum DPC Khusus Organisasi Angkatan Darat (Organda) Tanjung Perak itu menambahkan, berdasarkan data yang ada, jumlah angkutan yang bergerak saban hari di Tanjung Perak sekitar 8.000 unit.

 

Sebanyak 3.000 kendaraan menuju daerah Pasuruan, Probolinggo, Malang, Batu, dan Banyuwangi.

 

Kendaraan-kendaraan inilah yang memanfaatkan jalan raya di Porong saban harinya.

 

Jenis barang atau komoditas yang diangkut menuju daerah-daerah itu meliputi gula, beras, kedelai, jagung, bahan baku, bahan bakar dan pakan ternak.

 

"Karena di situ daerah industri. Dari Ngoro Industrial Park dan PIER (Pasuruan Industrial Estate Rembang). Itu sangat banyak pabrik dan kantong-kantong industri yang mengelola barang-barang untuk di ekspor," ungkapnya.

 

"Arah sana rugi, arah pelabuhan juga rugi," kata dia.

 

Ada dua opsi jalur yang dipilih para pengusaha logistik akibat tutupnya jalan itu.

 

Selain via jalan alteri, beberapa pengusaha juga memilih untuk lewat Mojosari.

 

Akan tetapi, pemilihan jalur tersebut membuat biaya solar bertambah.

 

Menurut Kody, panjang rute yang harus ditempuh via Mojosari dua kali lipat lebih jauh.

 

Ia berharap, pemerintah bisa memberi solusi jangka panjang agar jalan tersebut tak lagi kebanjiran ke depannya.

 

Selain itu, ia juga berharap jalan tol penghubung tol Porong dan tol Pandaan akan segera tersambung. Jalan tol itu masih proses pembangunan.

 

Menurut Kody, kehadiran jalan tol penghubung akan banyak membantu distribusi logistik.

 

Wakil Ketua 1 Bidang Logistik DPD Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Jatim Ariel Wibisono mengatakan, terputusnya jalan raya mengganggu distribusi logsitik.

 

Pengiriman sembako menjadi terhambat karena wilaya Indonesia Timur menjadi daerah paling banyak menghaasilkan sembako dan kacang-kacangan.

 

"Itu biasanya dari timur ke barat. Kalau dari Surabaya ke luar, itu alur distribusinya seperti semen. Jadi proyek-proyek pasti ter-delay," ungkapnya.

 

 

 

Dalam jangka pendek, kata Ariel, delay menjadi masalah utama distribusi. Para pengusaha harus mengeluarkan biaya transportasi yang lebih tinggi.

 

Menurut data Aptrindo dua tahun lalu, sekitar 600 truk per hari melewati jalur tersebut untuk distribusi. Baik dari Surabaya maupun sebaliknya.

 

Estimasi kerugian, menurut Ariel, terletak pada pembengkakan biaya bahan bakar sekitar Rp 500.000 per hari. Itu belum ditambah kerugian waktu.

 

Ariel menyebut, distribusi yang terhambat sering dimanfaatkan pihak-pihak nakal untuk menimbun barang. Tujuannya untuk mengerek harga.

 

Menurut dia, hal ini bisa berakibat besar pada inflasi daerah.

 

"Ini nanti ihat, tahu-tahu dimanfaatkan. Yang selalu disalahkan distribusinya. Padahal, distribusi terlambat paling hitungan hari," katanya.

 

"Tapi dibentuk pola dan dimanfaatkan pihak-pihak spesialisasi hal-hal begini," kata dia.

 

Ia pun berharap, akan ada perhatian infrastruktur dari pemerintah. Menurutnya, perlu dipilah akses untuk angkutan orang dan barang.

 

Sumber:

http://www.tribunnews.com/regional/2017/12/04/pengusaha-logistik-rugi-miliaran-rupiah-akibat-banjir-di-jalan-raya-porong?page=4

 


Back to List

25 Mar 2024

KAI Logistik Perluas Jangkauan Pengiriman hingga ke Kalimantan

Sakina Rakhma Diah Setiawan, Kompas.com, Sabtu 23 Maret 2024

18 Mar 2024

Larangan Angkutan Logistik Saat Libur Hari Besar Keagamaan Munculkan Masalah Baru

Anto Kurniawan, Sindonews.com, Minggu 17 Maret 2024

18 Mar 2024

Kemendag Dorong Relaksasi Pembatasan Angkutan Logistik Saat Hari Raya

Mohamad Nur Asikin, Jawapos.com, Sabtu 16 Maret 2024

08 Mar 2024

Dirjen SDPPI: Hadirnya gudang pintar 5G pecut industri berinovasi

Fathur Rochman, Antaranews.com, Kamis 7 Maret 2024

07 Mar 2024

Jurus Kemenhub Tekan Ongkos Biaya Logistik Supaya Makin Murah

Retno Ayuningrum, Detik.com, Rabu 6 Maret 2024

07 Mar 2024

Transformasi Digital Pelabuhan Dorong Peningkatan Efisiensi Biaya Logistik

Antara, Republika.co.id, Rabu 6 Maret 2024

Copyright © 2015 Asosiasi Logistik Indonesia. All Rights Reserved