Abdul Rahman, Bisnis Indonesia, Selasa 12 Desember 2017
JAKARTA – Perusahaan pengiriman ekspress disarankan tidak terlalu bergantung kepada dagang elektronik (dagang-el) pada 2018 seiring dengan prediksi perlambatan pertumbuhan dagang-el.
Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldy Ilham Masita memprediksi pertumbuhan dagang-el tahun depan tidak akan sebaik tahun ini.
“Untuk e-commerce tidak akan sebaik 2017. Mulai menurun karena produk-produk yang dijual tidak bertambah banyak kategorinya,” katanya kepada Bisnis, Senin (11/12).
Oleh karena itu, dia menyarakan agar jasa kurir melakukan diversifikasi usaha, di luar dagang-el. Apalagi saat ini bisnis perngiriman surat sudah amat jarang.
Saat ini, menurutnya, barang yang diperjualbelikan di toko daring masih kategori tersier. Padahal jenis barang tersebut bukan kebutuhan utama. Sementara barang sekunder dan primer belum banyak.
Lebih lanjut, dia memperkirakan lini bisnis logistik yang akan tumbuh positif 2018 justru yang berkaitan dengan proyek dan komoditas.
Sebagaimana diketahui, pemerintah tengah menggenjot pembangunan infrastruktur. Banyaknya pembangunan tersebut berdampak positif pada meningkatnya permintaan angkutan material proyek.
“Logistik yang berhubungan dengan oil mining industry juga tumbuh seiring dengan membaiknya harga komoditas,” imbuhnya.
Untuk 2017, Zaldy mengatakan bisnis kontrak logistik pertumbuhannya juga tidak terlalu pesat karena situasi ekonomi masih lesu. ALI menghitung kontrak logistik hanya tumbuh antara 10% - 12%.
Dia berharap tahun depan kontrak logistik bisa tumbuh sampai 13% - 14%. Oleh karena itu, dia meminta pemerintah mengurangi biaya di pelabuhan dan bandara yang berhubungan dengan kargo.
KONTRAK LOGISTIK
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi mengatakan, penurunan daya beli memang cukup berpengaruh terhadap kontrak logistik.
Pasalnya, meskipun tidak semua pelaku kontrak logistik bekerja sama dengan perusahaan ritel, tetapi karena jumlahnya cukup banyak sehingga cukup berpengaruh khususnya karena kehadiran e-commerce.
“Kontrak logistik 60% untuk manufaktur. Tidak semua yang masuk ritel masuk dalam kontrak logistik, tapi karena banyak jadi cukup berpengaruh,” terangnya.
Namun, dia optimistis target lini bisnis kontrak logistik bisa tercapai sebelum tutup tahun. Dia mengantisipasi sejumlah kondisi yang dinilai bisa menghambat. Hingga November 2017 target yang dicanangkan masih di jalur yang tepat.