Lily Rusna Fajriah, Sindonews.com, Kamis, 8 Februari 2018
Dia mengungkapkan, penyesuaian tersebut juga harus dilakukan oleh pelaku industri di sektor ritel. Mereka harus menyesuaikan perkembangan teknologi yang perkembangannya sangat cepat.
"Jadi, memang perlu rekonfigurasi dari sekadar toko menjadi showroom dan gudang. Dan mau tidak mau harus mengkapitalisasi tren di e-commerce dan digital," kata dia di Gedung BKPM, Jakarta, Kamis (8/2/2018).
Menurutnya, perkembangan teknologi tersebut cukup memberatkan khususnya bagi industri ritel yang selama ini masih menggunakan sarana dan infrastruktur tradisional alias kuno. Sebab, mereka harus mengeluarkan investasi lagi untuk meningkatkan teknolgi untuk rantai pasok, logistik, hingga pertokoannya.
"Jadi, di saat sarana yang lalu tidak lagi betmanfaat, tapi mereka harus tambah investasi lagi utuk meng-upgrade menyesuaikan konfigurasi rantai pasok, logistik dan pertokoannya," jelasnya.
Kendati demikian, hal tersebut mau tidak mau harus dilakukan. Mantan Menteri Perdagangan ini juga meyakini bahwa dalam beberapa waktu mendatang akan terjadi modernisasi luar biasa dari industri-industri di Tanah Air.
"Secara makro secara totalitas ekonomi net (ritel) masih positif tahun ini, dan menurut saya akan terjadi sebuah modernisasi luar biasa. Jadi, mau tidak mau harus mengubah komposisi tenant mix atau komposisi tenant lebih kepada food and beverage, restoran cafe. Karena memang pola konsumsi akan menciptakan pergeseran di pola produksi dan ritel," terang dia.
(izz)
Sumber:
https://ekbis.sindonews.com/read/1280458/34/industri-ritel-harus-ikuti-tren-jika-tak-ingin-bangkrut-1518078045