News Detail
Pebisnis Perlu Adaptasi

Jaffry Prabu Prakoso, Bisnis Indonesia, Selasa 20 Maret 2018

Sejak PT. Pos Logistik Indonesia berdiri pada 17 Februari 2012, PT. Manajemen Pos Indonesia, sebagai induk usaha perusahaan itu, sadar perlunya merekrut SDM yang melek teknologi informasi.

Direktur Keuangan dan Umum PT. Pos Logistik Indonesia Zaroni Samadi juga, menyadari hal itu. Bahkan, dia mengatakan bahwa pihaknya membutuhkan pegawai yang siap menyesuaikan tuntutan zaman.

Zaroni juga harus memikirkan cara merekrut pegawai sesuai dengan cara terkini. Metode itu digunakan demi membuat Pos Logistik Indonesia ini tetap eksis menghadapi revolusi industry 4.0 atau generaso keempat.

Nyatanya, keberadaan revolusi industri generasi keempat juga berpengaruh pada proses logistik yang mendrisrupsi dari berbagai hal.

“Di Pos Logistik sekitar 60% anak muda di bawah 25 tahun. Ketika kami rekrut, kami gunakan mindset mereka,” katanya kepada Bisnis beberapa waktu lalu.

Dia menilai semuda metode itu penting karena kondisi zaman yang telah berbeda mengakibatkan pola piker generasi Z sangat unik.

Terlebih lagi, dari generasi Z yang akan meneruskan kemaujan perusahaan bahkan kemajuan bangsa.

Hasilnya, Pos Logistik Indonesia terus bertumbuh serta bisa bersaing dengan perubahan zaman dan di percaya masyarakat.

Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldy Ilham Masita mengatakan disrupsi logistik tidak bisa dihindari dengan pesatnya perkembangan ekonomi digital saat ini.

Bahkan, untuk Indonesia, perubahan itu sangat diperlukan melihat kondisi infrastruktur yang sangat rentan dan minimnya SDM berkualitas.

“Disrupsi logistik akan memberikan lompatan ke depan untuk solusi pernurunan biaya logistik,” jelasnya.

Dampak revolusi industri generasi keempat terhadap sektor logistik ditandai dengan penggunaan Internet secara umum. Di dalamnya mencakup penggunaan Internet of Thing (IoT), big data, cloud environment, Radio Frequency Indentification (RFIS) System, dan cyber physical system.

Indonesia baru menerapkan komputasi awal (cloud environment) dan IoT karena hal itu tidak melanggar dari sisi peraturan.

Cloud environment memiliki keuntungan karena pengaturannya yang mudah dan tidak perlu membeli serta tempat menyimpan perangkat.

Khusus IoT berfungsi sebagai sensor yang dipasang untuk memantau sebuah barang melalui Internet. Tentu semua itu akan memudahkan pekerjaan karena bisa dicek secara langsung dari mana saja dan kapan saja (realtime).

Sayangnya, zaldy menyatakan semua teknologi belum dimanfaatkan oleh pemerintah dan pelaku usaha di Indonesia.

Padahal, pemanfaatan teknologi juga memiliki potensi pengurangan emisi karbon di sektor logistik.

 

MIGRASI KE MESIN

Anggota Kelompok Kerja (Pokja) Bidang Pelaku dan Penyedia Jasa Logistik Kementerian Koordinator bidang Perekonomian Hoetomo Lembito menilai disrupsi logistik akan menyebabkan pergantian tenaga kerja dari manusia ke mesin. Pergantian itu terutama untuk pekerjaan yang dilakukan berulang, sistematis, dan teknis.

Nantinya, bukan hal yang aneh jika truk tanpa pengemudi beroperasi membawa barang dari satu tempai ke tempat lain.

Saat ini, dia menjelaskan Indonesia masih berkutat pada revolusi industri 3.0 atau generasi ketiga. Dengan bergabungnya Indonesia di G20 yang merupakan kumpulan negara maju, Lembito memprediksi era digitalisasi di Tanah Air hanya tinggal menunggu waktu.

Dia mengingatkan bahwa era digital tidak harus fokus pada perangkat teknologi saja. “Pelaku usaha harus sadar bahwa kegiatan produksi, transportasi, penyimpanan barang akan tetap berlangsung secara fisik,” katanya.

Menurutnya, revolusi industri generasi keempat juga memiliki banyak peluang baru dalam bidang logistik, kendati menghilangkan banyak pekerjaan.

Oleh karena itu, pemerintah juga akan membuat kebijakan terpadu agar dapat menjadi stimulus bagi pertumbuhan ekonomi nasional.

Peneliti logistik dari Sekolah Tinggi Manajemen Tranportasi (STMT) Trisakti Didiet Rachmat Hidayat mengatakan keberadaan teknologi dalam revolusi industri generasi keempat memiliki dua sisi yang saling bertolak belakang: peluang dan ancaman.

“Sesuatu yang prosesnya ini sangat lama bisa menjadi cepat. Teknologi itu friendly. Friendly user ini juga berpengaruh ke logistik,” jelasnya.

Menurutnya, kata kunci dalam menghadapi revolusi industri generasi keempat adalah manusia harus berpikiran terbuka. Inilah yang ada dalam ciri-ciri generasi Z.

Dia berpendapat, mudah untuk anak ‘generasi now’ belum tentu baik dalam ‘generasi old’.

Yang pasti, ‘generasi old’ harus mengubah kebiasaan lamanya yang sudah berpuluhan tahun agar bisa menyesuaikan dengan kondisi terkini.

Didiet menyatakan pelaku usaha mau tidak mau harus melakukan perubahaan itu karena kemajuan teknologi tidak bisa dihindari. “Perusahaan harus adaptasi. Kalau tidak ya tersingkir dan akhirnya tutup,” tegasnya.


Back to List

25 Mar 2024

KAI Logistik Perluas Jangkauan Pengiriman hingga ke Kalimantan

Sakina Rakhma Diah Setiawan, Kompas.com, Sabtu 23 Maret 2024

18 Mar 2024

Larangan Angkutan Logistik Saat Libur Hari Besar Keagamaan Munculkan Masalah Baru

Anto Kurniawan, Sindonews.com, Minggu 17 Maret 2024

18 Mar 2024

Kemendag Dorong Relaksasi Pembatasan Angkutan Logistik Saat Hari Raya

Mohamad Nur Asikin, Jawapos.com, Sabtu 16 Maret 2024

08 Mar 2024

Dirjen SDPPI: Hadirnya gudang pintar 5G pecut industri berinovasi

Fathur Rochman, Antaranews.com, Kamis 7 Maret 2024

07 Mar 2024

Jurus Kemenhub Tekan Ongkos Biaya Logistik Supaya Makin Murah

Retno Ayuningrum, Detik.com, Rabu 6 Maret 2024

07 Mar 2024

Transformasi Digital Pelabuhan Dorong Peningkatan Efisiensi Biaya Logistik

Antara, Republika.co.id, Rabu 6 Maret 2024

Copyright © 2015 Asosiasi Logistik Indonesia. All Rights Reserved