Kahfi - Bisnis Indonesia, 20 Februari 2014
Ketua Tim Kerja Pengembangan Sistem Logistik Nasional (Sislognas) Edy Putra Irawady mengatakan kebijakan itu menyusul parahnya kerusakan jalan raya di sepanjang pantai utara (pantura) Jawa.
Edy yang juga menjabat Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dam Kewirausahaan Kemenko Perekonomian melanjutkan pelaksanaan program short sea shipping (SSS) telah memasuki tahap penyediaan kapal dan peremajaan pelabuhan.
Menurutnya, pengembangan SSS tegah dikebut demi meningkatkan mobilitas barang dan jasa, khususnya bagi Pulau Jawa.
"Kami telah mempersiapkan pengadaan kapal-kapalnya, baru setelah itu ada perbaikan pelabuhan bagi infrastruktur SSS," katanya di sela-sela acara Logistik Award yanh digelar Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), Selasa (18/2) malam.
Dia menilai pelaksanaan program SSS bisa menanggulangi tingkat kepadatan di jalur darat, terutama sepanjang pantura Jawa.
Selain itu, dia menambahkan parahnya kerusakan jalan serta tingginya biaya logistik memacu pelaksanaan SSS.
Nantinya, pihaknya akan meninjau kesiapan dermaga dan pelabuhan guna mendukung program SSS.
"Dirjen Hubla [Perhubungan Laut] sudah mengatakan akan up grading pelabuhan. Terutama yang menghubungkan daerah industri, lantas terus ke arah Indonesia timur."
Sementara itu, Ketua Himpunan Ahli Pelabuhan Indonesia Wahyono Bimarso menilai langkah pemerintah memaksimalkan program SSS sudah tepat. Selama ini, jelasnya, kepadatan jalan darat yang membentang di sepanjang pantura Jawa sudah melampaui batas daya dukung kontruksi.
Di sisi lain, dia menjelaskan rencana pemaksimalan kapal laut berjarak dekat untuk menopang lalu lintas barang dan orang di Jawa harus didukung infrastruktur yang memadai.
"Harus ada dermaga yang sesuai bagi kapal jenis SSS. Pemerintah harus turun tangan, sebab sepertinya BUMN Pelindo, tidak mau menangani kapal jarak dekat tersebut," tuturnya, Rabu (19/2).
Selain daya dukung dermaga, Wahyono juga menilai faktor penentu penyuksesan penggunaan program SSS sebagai moda alternatif.
"Dukungan lainnya ya pemberian insentif kepada pelaku pelayaran nasional, seperti pajak pembelian kapal dan bahan bakarnya."
PANGKAS BIAYA LOGISTIK
Ketua Umum ALI Zaldy Masita sebelumnya mengatakan pihaknya mendukung perpindahan arus barang dari darat ke jalur laut.
Menurutnya, penggunaan jalur laut yang maksimal jauh lebih murah ketimbang biaya pengiriman barang melalui lintasan darat.
Dia melanjutkan penggunaan jalur laut bagi arus logistik akan memicu penurunan biaya logistik hingga 30% dari yang ada sekarang. "Itu dibandingkan dengan biaya jalur darat."
Sayang, tukasnya, program SSS sebagai sarana transportasi terbentur dengan minimnya infrastruktur dan fasilitas pelabuhan. "Kemajuannya belum efektif karena butuh perbaikan infrastruktur untuk pelabuhan kapal jenis roll on-roll of [ro-ro] sebagai andalan SSS," ujarnya.
Staf Ahli Menteri Perhubungan Bidang Logistik dan Multimoda Sugihardjo menyatakan penggunaan jalur darat di Jawa sudah melampaui ambang batas (overload). Oleh karena itu, terangnya, kebijakan nasional transportasi memang mengagas pengalihan arus barang ke jalur laut, melalui pemaksimalan SSS.
Kapal SSS sendiri merupakan konsep pelayaran yang telah berkembang massif di Amerika Utara dan Eropa. Pada praktiknya, jelas Sugihardjo, SSS dapat menggunakan kapal ro-ro dan lift on-lift of (Lo-lo).
Penggunaan lo-lo yang kini belum dimulai pada pelayaran lepas pantai, menurutnya, bisa lebih efisien dibandingkan dengan kapal ro-ro.
"Kalau lo-lo dengan tongkang, bisa ada yang propeller dia bergerak sendiri, atau yang ditarik dengan kapal. Barge [tongkang] itu bisa disambung hingga 15 tongkang, itu bisa mengurangi beban jalan raya 670 truk. Kalau satu barge, maksimum itu 80 truk," terangnya.