Rahajeng Kusumo, cnbcindonesia.com, Minggu 9 Februari 2020
Jakarta, CNBC Indonesia- Industri logistik nasional diperkirakan stagnan pada kuartal I-2020 karena menurunnya aktivitas ekspor dan impor ke China akibat virus corona. Saat ini aktivitas logistik menggunakan angkutan udara terhenti karena tidak ada penerbangan langsung ke China.
"Dampaknya pada ekspor ikan segar yang biasanya menggunakan angkutan udara. Impor lewat udara yang biasa dilakukan untuk barang e-commerce juga setop. Industri logistik terganggu karena terhentinya cargo udara ekspor dan impor dari China," kata Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldy Ilham Masita kepada CNBC Indonesia, Minggu (09/02/2020).
Pertumbuhan industri di kuartal I-2020 yang stagnan tidak menggembirakan bagi pelaku industri. Padahal, sebelum merebaknya virus corona industri logistik menargetkan pertumbuhan 12-14%, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan 2019 yang hanya 7-9% akibat pemilu.
"Kuartal I-2020 seperti akan sama dengan tahun lalu karena dampak dari virus corona, jadi pertumbuhannya stagnan dibandingkan tahun lalu," katanya.
Yang menjadi kekhawatiran industri terutama jika penghentian penerbangan berlangsung lama, dan pertumbuhan ekonomi China yang melambat karena virus corona. Jika demikian, pertumbuhan industri logistik pun bisa tidak sesuai target.
"Tahun ini sebenarnya kami yakin bisa tumbuh hingga 14%, tapi setelah wabah virus corona ini mungkin prediksinya berkurang. Apalagi kalau wabah ini berjalan sampai lebih dari satu bulan," ujar Zaldy.
Menurutnya pergerakan logistik dari dan ke China pada tahun baru China biasanya terhambat karena banyak pabrik yang tutup. Namun merebaknya virus corona di saat yang sama, arus logistik pun belum bisa berjalan normal, apalagi ada penghentian ekspor dan impor ke negara tersebut.
"Pengiriman barang lewat laut masih berjalan tapi belum berlangsung normal karena masih banyak pabrik yang tutup pasca imlek," tutup Zaldy.
Pada Senin (3/2/2020), Mendag di kantornya mengatakan bakal menyetop sementara impor produk makanan dan minuman dari China tapi belum jadi keputusan. Hal ini masih dikaji karena membutuhkan komunikasi dan koordinasi lintas kementerian. Yang sudah pasti dihentikan sementara adalah impor hewan hidup dari China seperti kura-kura, ular dan lainnya.
Namun yang pasti moratorium ini tak bersifat permanen, melainkan hanya sementara menyusul semakin merebaknya virus corona di berbagai penjuru dunia. Salah satu barang impor asal China yang rencananya bakal di stop adalah hewan hidup.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2018, Indonesia mengimpor berbagai macam hewan hidup asal China senilai US$ 369.091. Jika dibandingkan dengan total impor Indonesia dari China, nilai impor hewan hidup ini sangat kecil.
Pada 2018, total impor barang RI dari China mencapai US$ 45,5 miliar. Artinya nilai impor hewan hidup hanya 0,0008% saja, porsinya memang sangat kecil.
Indonesia mengimpor berbagai macam hewan hidup dari China seperti primata, mamalia, reptil seperti kura-kura dan ular, hingga ikan hias. Impor terbesar hewan hidup asal China adalah impor hewan reptil yang mencapai 11,7 ton senilai US$ 120.444. Namun secara nominal impor terbesar hewan hidup asal China adalah impor primata yang mencapai US$ 205.730.
Sumber:
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200209192517-4-136482/duh-industri-logistik-ri-terancam-stagnan-akibat-corona