Pro Kaltim
BALIKPAPAN - Kaltim dinilai menjadi salah satu bagian penting dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), terutama jika bicara perdagangan antarnegara. Sayangnya, tenaga terampil bidang jasa logistik di daerah ini masih terbatas.
Hal tersebut diungkapkan Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Kaltim Faisal Tola. Jika disandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand, dia menyebut kualitas jasa dan tenaga logistik Indonesia masih kalah bersaing.
“Semua pihak yang ada di negara-negara itu sadar betul bahwa MEA ini bukan sekadar kesepakatan. Mereka sudah sampai pada tahap membaca situasi yang tercipta saat ini dan nanti,” kata Faisal di sela-sela pelatihan “Basic Freight Forwarding” di Balikpapan.
Menurutnya, kebanyakan perusahaan logistik di Kaltim kekurangan tenaga ahli terampil. Akibatnya, kegiatan kelogistikan banyak yang masih menerapkan metode tradisional. Padahal, penerapan teknologi terbaru, kata dia, menjadi potensi berkembangnya bisnis, karena memungkinkan efektivitas dan efisiensi perusahaan.
Dia mencontohkan, perbedaan antara metode logistik tradisional dengan modern adalah pada pendataan. Jasa logistik modern, kata Faisal, menggunakan sistem berbasis komputer, sehingga data pengiriman dapat disimpan dalam bank data yang lebih aman.
Sementara pada sisi operasional, penerapan GPS juga menjadi pembeda antara pelaku logistik modern dengan tradisional. “Ini juga menjadi nilai tambah bagi pemakai jasa,” imbuhnya.
Anggota Komisi III DPRD Balikpapan ini juga mengungkapkan, sistem tradisional memakan waktu lebih lama, khususnya dalam kegiatan pengiriman. Tenaga kerja yang digunakan juga lebih banyak, sehingga cenderung boros operasional.
“Kalau menggunakan sistem modern, tahapannya lebih pendek, karena sudah banyak mengandalkan mesin. Ini juga memengaruhi biaya operasional. Metode modern bisa lebih hemat sampai 40 persen,” beber dia.
Nilai tambah ini, disebut Faisal sudah banyak diterapkan di banyak negara. Dia berharap, para pelaku usaha logistik terus menyadari pentingnya mengembangkan metode kerja.
“Maka dari itu, pelatihan ini kami gelar. Itu supaya kita dapat bersaing di MEA,” imbaunya.
Pada pelatihan yang berlangsung di Kompleks Ruko Bandar, Balikpapan kemarin, 32 perusahaan ambil bagian. Sementara itu, Faisal mengatakan, ada lebih dari 150 perusahaan logistik dan forwarder yang terdaftar di Kaltim.
“Ini baru angkatan pertama. Belum semua bisa kami jaring untuk ikut pelatihan. Tapi, kegiatan ini akan berlanjut,” pungkasnya. (*/aji/man2/k15)
Sumber : http://kaltim.prokal.co/read/news/263701-masih-banyak-jasa-logistik-pakai-cara-tradisional.html