News Detail
Jadi Polemik, Hub Priok Jadi Sementara

Gloria F.K. Lawi & Hadijah Alaydrus, Bisnis Indonesia, Kamis 26 Januari 2017

JAKARTA – Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyatakan pengalihan isu status pelabuhan pengumpul atau hub internasional peti kemas dari Kuala Tanjung Sumatera Utara kepada Pelabuhan Tanjung Priok hanya sementara.

 

Menurutnya, peralihan status pelabuhan hub internasional peti kemas seperti yang tertuang dalam Keputusan Menteri Perhubungan No. KP 901/2016 tentang Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN) masih bisa direvisi pada masa mendatang.

“Itu sifatnya hanya sementara kok, Kuala Tanjung belum selesai, temporary saja,” katanya di Jakarta, Rabu (25/1).

Budi Karya menjelaskan status pelabuhan hub internasional peti kemas sengaja diberikan kepada Pelabuhan Tanjung Priok karena pelabuhan di Jakarta Utara itu paling siap melayani kapal berukuran besar.

 

Menhub menjanjikan Pelabuhan Kuala Tanjung juga akan mendapatkan status yang sama yaitu hub internasional peti kemas pada dua tahun mendatang.

 

Oleh karena itu, Budi Karya menilai tidak perlu ada polemic berkepanjangan menyikapi peralihan status hub internasional peti kemas dari Kuala Tanjung kepada Pelabuhan Tanjung Priok.

 

Menhub menyatakan penetapan Pelabuhan Tanjung Priok yang dikelola oleh PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) sebagai hun internasional peti kemas hanya sementara.

 

Tidak hanya itu, Menhub menyatakan biaya logistik akan terpangkas signifikan jika pelabuhan hub internasional peti kemas juga disematkan pula kepada Pelabuhan Kuala Tanjung sebagai pintu masuk Indonesia bagian barat. “Lokasinya juga sangat strategis karena beririsan dengan negara Asia Tenggara lain seperti Singapura dan Malaysia.”

 

Saat ini, dia menceritakan pelabuhan yang dikelola PT Pelabuhan Indonesia II akan menjadi hub internasional peti kemas karena Tanjung Priok sudah didukung Terminal Kalibaru.

 

“Sekarang Priok dibilang tidak strategis tetapi dia paling besar, dibandingkan harus [diangkut] ke negara lain. Bagusan ke Pelabuhan Priok,” ungkapnya.

 

Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kemenhub A. Tonny Budianto menambahkan RIPN yang menetapkan Tanjung Priok sebagai hub internasional akan diubah jika pembangungan Pelabuhan Kuala Tanjung sudah selesai. “Jadi tergantung Kuala Tanjung selesainya kapan,” ujarnya.

Tonny menyampaikan pemerintah berkeinginan melakukan konsolidasi logistik secepatnya dengan memanfaatkan pelabuhan eksisting yang sudah memiliki ketersediaan fasilitas yang memadai.

 

Kemenhub juga akan menyusun regulasi untuk mengatur konsolidasi kargo tersebut, sehingga pemerintah akan mengarahkan perusahaan pelat merah bekerja sama dengan shipping lines. Dengan kebijakan konsolidasi barang yang selama ini terkumpul di negara lain bisa berpindah ke lokasi pelabuhan pengumpul milik Indonesia.

 

KURANG TEPAT

Sementara itu, Ketua Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno menilai konsolidasi kargo ekspor di Pelabuhan Tanjung Priok harus mengutamakan pasokan barang dari wilayah tengah dan timur Indonesia.

 

Dia menambahkan kargo ekspor dari Aceh dan Medan tidak efisien jika harus menggunakan hub di Pelabuhan Tanjung Priok.

 

“Kalau mau jadi hub, [Tanjung Priok] oke saja untuk barang dari timur dan tengah, tapi kalau barang dari barat hub-nya tidak cocok,” ujarnya.

 

Dia menilai kargo ekspor dari Aceh, Riau , Padang dan Medan masih tetap lebih efisien menggunakan hub Singapura mengingat kedekatan jarak. Sebaliknya, kargo ekspor Palembang dan Lampung masih sesuai jika dikumpulkan di Pelabuhan Tanjung Priok.

 

Secara umum, dia menegaskan eksportir mendukung adanya konsolidasi kargo ekspor di Tanjung Priok yang nantinya akan dibawa dengan kapal besar.

 

Dengan kapal besar, dia meminta pihak terkait untuk memastikan agar kapal tidak lagi singgah di hub Pelabuhan Singapura.

 

“Tanjung Priok itu harapan saya semua direct call, tidak lagi berhenti lagi di Singapura,” tegasnya.

 

Tanpa transit di Singapura, dia memperkirakan potensi penghematan bisa mencapai US$ 150 per TEUs karena nilai itu adalah tariff transshipment di pelabuhn negara tetangga tersebut.

 

Selain itu, GPEI menyarankan agar barang yang dikonsolidasikan di Tanjung Priok dari timur atau tengah Indonesia dibawa melalui jalur laut. Dengan langkah itu, dia memastikan akan mengurangi potensi kenaikan arus lalu lintas barang yang akan masuk Pelabuhan Tanjung Priok melalui jalan darat ketika konsolidasi dimulai pada pertengahan tahun ini.

Benny melihat kapal Ro-ro mempunyai potenis sebagai armada yang bisa mendukung pergerakan barang yang akan dikonsolidasikan ke Pelabuhan Tanjung Priok.


Back to List

25 Mar 2024

KAI Logistik Perluas Jangkauan Pengiriman hingga ke Kalimantan

Sakina Rakhma Diah Setiawan, Kompas.com, Sabtu 23 Maret 2024

18 Mar 2024

Larangan Angkutan Logistik Saat Libur Hari Besar Keagamaan Munculkan Masalah Baru

Anto Kurniawan, Sindonews.com, Minggu 17 Maret 2024

18 Mar 2024

Kemendag Dorong Relaksasi Pembatasan Angkutan Logistik Saat Hari Raya

Mohamad Nur Asikin, Jawapos.com, Sabtu 16 Maret 2024

08 Mar 2024

Dirjen SDPPI: Hadirnya gudang pintar 5G pecut industri berinovasi

Fathur Rochman, Antaranews.com, Kamis 7 Maret 2024

07 Mar 2024

Jurus Kemenhub Tekan Ongkos Biaya Logistik Supaya Makin Murah

Retno Ayuningrum, Detik.com, Rabu 6 Maret 2024

07 Mar 2024

Transformasi Digital Pelabuhan Dorong Peningkatan Efisiensi Biaya Logistik

Antara, Republika.co.id, Rabu 6 Maret 2024

Copyright © 2015 Asosiasi Logistik Indonesia. All Rights Reserved