Publication Detail
Mengubah Transportasi Barang Di Indonesia

Iskandar Abubakar

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai 17.508 pulau dengan luas daratan Indonesia adalah 1.922.570 kmē dan luas perairannya yang jauh lebih besar lagi yaitu 3.257.483 kmē. Perairan laut Indonesia belum dimanfaatkan sebagai infrastruktur transportasi Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai 17.508 pulau dengan luas daratan Indonesia adalah 1.922.570 kmē dan luas perairannya yang jauh lebih besar lagi yaitu 3.257.483 kmē. Perairan laut Indonesia belum dimanfaatkan sebagai infrastruktur transportasi secara maksimal, masih banyak angkutan barang jarak jauh termasuk angkutan barang antar pulau yang menggunakan angkutan jalan raya, padahal ditinjau dari sisi ilmu transportasi biaya angkut menggunakan laut merupakan pilihan yang paling murah bila mengangkut barang dalam jumlah dan jarak tertentu dibanding melalui kereta api ataupun jalan raya, dan ini menjadi lebih baik lagi bila menggunakan peti kemas.

Mark Levinson dalam bukunya The Box mengatakan: the container made shipping cheap, and by doing so changed the shape of world economy (penggunaan peti kemas mengakibatkan pengangkutan murah yang mengakibatkan perubahan ekonomi dunia). Pandangan ini juga harus dimanfaatkan di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan angkutan barang dalam peti kemas dalam negeri.

Keunggulan peti kemas dalam sistem transportasi adalah intermodalitasnya yang sangat baik, karena bisa diangkut melalui jalan, kereta api maupun laut, karena memiliki dimensi yang baku, berat maksimal yang baku pula sehingga overloading seperti yang sering terjadi dijalan raya bisa dihindari, tidak memerlukan gudang karena bisa ditumpuk (sampai 7 lapis peti kemas) di lapangan terbuka, waktu bongkar muat yang singkat. Ssehingga angkutan barang dengan peti kemas dapat diangkut dengan berbagai moda dalam rangkaian pelayanan dari pintu ke pintu.

Ini pulalah yang mengakibatkan tren angkutan peti kemas domestik sudah menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun, di Pelindo III sebagai contoh mengalami pertumbuhan sebesar rata-rata 10,5 persen per tahun dalam 3 tahun belakangan ini. Tingginya pertumbuhan ini diakibatkan waktu yang lebih cepat serta biaya yang lebih rendah.

Peralihan ke peti kemas akan mendorong turunnya harga barang, seperti yang bisa kita saksikan terjadi di Maumere, NTB daerah yan g baru saja mengubah sebagian dari angkutan kargo umum (general cargo) ke angkutan peti kemas, hal ini menjadi perhatian para pedagang dan produsen barang untuk wilayah-wilayah lainnya yang mengharapkan kesiapan pelabuhan dalam menerima dan mengirim barang melalui peti kemas.

Untuk meningkatkan fleksibilitas peti kemas berbagai bentuk atau ragam peti kemas dikembangkan seperti barang umum, curah cair atau gas, curah kering, berpendingin, berventilasi, dan berbagai variasinya. Ukuran yang paling banyak digunakan adalah yang 20 kaki dan 45 kaki, tetapi sekarang juga digunakan peti kemas yang panjangnya 45 kaki. Di daerah terpencil digunakan peti kemas militer yang panjangnya hanya 10 kaki.

 

Solusi

Untuk mengembangkan penggunaan peti kemas perlu dipersiapkan sarana dan prasarana yang sesuai yaitu pelabuhan yang mempun

yai fasilitas untuk membongkar dan memuat peti kemas; lapangan

penumpukan peti kemas di pelabuhan dan atau tempat konsolidasi peti kemas; jaringan jalan/kereta api menuju hinterland yang mampu mendukung truk peti kemas.

Perangkat bongkar muat peti kemas tergantung kepada berapa besar pergerakan peti kemas, pada saat arus masih kecil cukup digunakan kran/crane sederhana, dan semakin tinggi arus peti kemas harus digunakan perangkat dengan kapasitas lebih tinggi.Untuk pelabuhan dengan lalu lintas peti kemas yang besar harus digunakan kran peti kemas/container crane yang dapat membongkar dan memuat dengan kecepatan tinggi seperti yang kita temukan di PT Multi Terminal Indonesia di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok.

Sumber : Kalmar, http://www.kalmarind.com/

Pemerintah perlu mengambil langkah untuk menginvestasikan peningkatan dermaga dan perangkat bongkar muat di pelabuhan-pelabuhan kecil sehingga harga barang-barang di daerah dapat di diturunkan. Di Waingapu sebagai contoh proses bongkar muat barang dengan kapal konvensional mulai dari kapal datang dan berangkat kembali membutuhkan waktu antara 10 sampai 14 hari dan kalau ini diubah menjadi angkutan dengan peti kemas waktu ini bisa diturunkan menjadi 1 atau maksimum 2 hari saja di sini kita bisa melihat seberapa efisiennya sistem kalau beralih kepada angkutan peti kemas.

Selain itu sebagai optional juga perlu melakukan investasi peningkatan jalan ke hinterland khususnya ke daerah industri, sentra pertanian dan pertambangan agar mampu dilewati oleh truk peti kemas.

Sarana angkutan juga perlu disesuaikan dengan peti kemas, berarti kapal ataupun alat angkut lainnya yang dapat berupa tongkang, kapal peti kemas yang saat ini sudah sampai generasi kenam perlu dipersiapkan, dan diharapkan dapat dikembangkan oleh sektor swasta; demikian juga truk peti kemas seyogianya memenuhi standar yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Perhubungan. Sekarang masih banyak ditemukan truk tronton biasa untuk mengangkut peti kemas 20 kaki seperti masih bisa dilihat di Belawan, Makassar, Banjarmasin dan kota-kota lainnya di luar Jawa yang sebenarnya berbahaya bagi keselamatan lalu lintas.

Sumber:The Geography of Transport Systems

 

 

 

Tantangan

Dengan meningkatnya efisiensi angkutan barang yang menggunakan peti kemas yang berarti juga jumlah tenaga kerja bongkar muat (TKBM) juga akan berkurang dengan drastis, hal ini tentunya harus dibicarakan dengan organisasi TKBM. Di samping itu kalau secara finansial belum layak untuk dikembangkan perlu intervensi pemerintah untuk menginvestasikan terutama untuk meningkatkan kekuatan dermaga serta fasilitas bongkar muat.

Daftar Referensi

 

Cudahy, B.J. Box Boats: How container Ships Changed the World, Fordham University Press, New York, 2006.

Kalmar Container Handling Systems Complete Range of Products and Knowhow, http://www.kalmarind.com/source.php/1039687/Container%20Handling%20Systems%20brochure.pdf

Levinson, The Box, How the Shipping Container Made the World Smaller and the World Economy Bigger, Princeton University Press, New Jersey, 2006.

OECD, Benchmarking Intermodal Freight Transport, OECD Publications, Paris 2002

The Geography of Transport Systems, http://www.people.hofstra.edu/geotrans/eng/ch3en/conc3en/containerships.html

http://ekonomitransportasi.blogspot.com/2009/10/mengubah-transportasi-barang-di.html

 


Back to List

Copyright © 2015 Asosiasi Logistik Indonesia. All Rights Reserved