Publication Detail
Manajemen Rantai Pasokan Agribisnis (Agribusiness Supply Chain Management)

Dr. Tomy Perdana, SP, MM

Dalam persaingan saat ini, para pelaku usaha dituntut untuk menyadari bahwa persaingan yang terjadi merupakan persaingan antar jaringan rantai pasokan. Rantai pasokan merupakan sekumpulan tiga atau lebih entitas (organisasi maupun individual) yang secara langsung terlibat dalam aliran hulu dan hilir dari produk, jasa, keuangan dan atau informasi dari suatu sumber ke konsumen. Para pelaku usaha dalam suatu rantai pasokan harus mampu menyampaikan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dari segi kualitas, kuantitas, harga, waktu dan tempat yang tepat. Kondisi tersebut menuntut adanya suatu teori dan praktek manajemen yang mampu mengintegrasikan pengelolaan berbagai fungsi bisnis dalam suatu hubungan antar-organisasi. Dalam memenuhi tuntutan tersebut, berkembang suatu teori dan praktek manajemen yang dikenal dengan istilah "supply chain management" atau diterjemahkan sebagai manajemen rantai pasokan.

Manajemen rantai pasokan merupakan integrasi dari proses bisnis utama (proses bisnis, struktur jaringan dan komponen manajemen) dari pengguna akhir melalui para pemasok yang menyampaikan produk, jasa dan informasi yang memiliki nilai tambah bagi konsumen dan stakeholders yang lain. Integrasi rantai pasokan (internal dan eksternal) merupakan pekerjaan yang sulit karena adanya perbedaan dan konflik tujuan dari fasilitas dan pelaku yang terlibat, serta rantai pasokan merupakan suatu sistem dinamis yang berkembang sepanjang waktu. Dalam praktek, manajemen rantai pasokan baru berkembang pada tahun 1980-an.

Pengembangan manajemen rantai pasokan berawal dari industri manufaktur, yaitu "quick response strategy" pada industri tekstil di Amerika Serikat serta "kaizen" pada industri mobil di Jepang. Mengikuti sukses yang telah dilakukan dalam industri mobil Jepang dan industri tekstil Amerika Serikat, industri manufaktur di berbagai belahan dunia mulai memandang rantai pasokan sebagai sumber penting keunggulan bersaing. Sejalan dengan hal tersebut, pada tahun 1989 para akademisi mulai mengembangkan teori manajemen rantai pasokan tersebut. Dalam bidang agribisnis dan agroindustri, penerapan manajemen rantai pasokan dimulai pada tahun 1990-an pada agribisnis mawar di Amerika Serikat dan Eropa. Perkembangan praktek dan penelitian manajemen rantai pasokan agribisnis berkembang tidak hanya di negara maju tetapi juga berpotensi diterapkan di negara berkembang. Penerapan awal manajemen rantai pasokan agribisnis di negara berkembang dilakukan di tiga negara, yaitu di Ghana pada industri buah-buahan, di Afrika Selatan pada agribisnis buah segar dan di Thailand pada agribisnis pangan segar. Introduksi teori dan praktek tersebut dilakukan oleh Agri Chain Competence Center Belanda yang dibiayai oleh Bank Dunia. Selanjutnya, upaya introduksi teori manajemen rantai pasokan dalam agribisnis dan agroindustri juga dilakukan di Indonesia. Upaya tersebut dilakukan pada tahun 2003 oleh para peneliti dari Australia pada agribisnis pisang. Para peneliti tersebut membandingkan rantai pasokan pisang di daerah Bayah Kabupaten Lebak Banten dengan rantai pasokan pisang di daerah Queensland Utara Australia. Hasil penelitian tersebut menunjukkan terjadinya perbedaan budaya para pelaku usaha dalam rantai pasokan di kedua daerah tersebut. Hal tersebut berdampak pada pada tingkat hubungan logistik pada rantai pasokan pisang. Perkembangan minat terhadap teori dan praktek manajemen rantai pasokan agribisnis dipicu oleh beberapa faktor, yaitu : pengembangan sosial ekonomi, pengembangan struktur pasar, pengembangan teknologi proses dan informasi. (Tulisan ini bagian dari disertasi yang disusun penulis)

http://tomyperdana.blogspot.com/2008/08/jay-w-forrester-dan-istri-bersama.html


Back to List

Copyright © 2015 Asosiasi Logistik Indonesia. All Rights Reserved