Kompas, 24 Januari 2014
Dengan menggunakan lokomotif tersebut, perjalanan kereta, yang ditarik secara estafet, tetap dapat dilakukan di tengah banjir setinggi 20 sentimeter. Menurut Kepala Humas PT. KAI Sugeng Priyono, Kamis (23/1) di Jakarta, dengan memakai lokomotif lama itu arus distribusi logistik dari Jawa Tengah dan Jawa Timur menuju Jakarta dan sebaliknya tetap bisa dijalankan. Arus angkutan peti kemas yang berisi aneka barang kelontong; kereta semen, pupuk, paket, dan bahan bakar menjadi tidak terganggu.
"Meskipun keterlambatan waktu tiba sekitar satu jam, yang pasti perjalanan kereta api menjadi tidak terganggu," kata Sugeng.
Banjir yang menggenangi beberapa stasiun dari lintasan kereta di beberapa wilayah di Jabodetabek menyebabkan antrean kereta yang cukup panjang. Sebab, untuk menghindari resiko kerusakan ataupun hal yang membahayakan, sistem persinyalan yang peka terhadap air terpaksa dimatikan sehingga beberapa perjalanan dinonaktifkan.
Bahkan, Sabtu pekan lalu PT. KAI terpaksa menghentikan perjalanan kereta batubara dari arah Merak karena lintasan di Tenjo, Maja, keropos terendam banjir. Selama dua hari itu sebanyak 5,6 juta ton batubara tidak terangkut. Namun, sejak Senin, tumpukan batubara tersebut sudah terangkut.
Kegiatan Bongkar Turun
Sementara itu, di kawasan utara, lalu lintas barang sampai saat ini belum normal. Antrean truk peti kemas mengular di tiga jalur utama menuju Pelabuhan Tanjung Priok sejak dua pekan terakhir.
Rabu pekan lalu, truk merayap di Jalan RE. Martadinata, Jalan Jampea, dan Jalan Yos Sudarso. Kepanikan sebagian pengguna jasa pelabuhan menjelang mogok kerja Serikat Pekerja Pelabuhan Indonesia II, Kamis dan Jumat pekan lalu, diduga turut memicu kemacetan.
Kekacauan lalu lintas barang semakin serius ketika hujan ekstrem yang mengguyur wilayah DKI Jakarta memutus jalan-jalan menuju Jakarta Utara pada Jumat pekan lalu. Lalu lintas di seputar Jalan Cakung-Cilincing di sekitar Kawasan Berikat Nusantara Cakung, Jalan Yos Sudarso di daerah Sunter-Kepala Gading, dan Jalan Jampea nyaris tak bergerak sepanjang hari itu.
Gemilang Tarigan, Ketua Organda Angkutan Khusus Pelabuhan, mengatakan selain kubangna di jalan-jalan yang rusak, kemacetan terjadi di lokasi proyek pembangunan jalan. Di mencontohkan Jalan Jampea di Koja, Jakarta Utara, yang menyempit dari tiga jalur menjadi dua jalur. Selain itu, jalur menjadi berkelok-kelok sehingga menyulitkan sopir truk peti kemas.
Ketua Asosiasi Logistik Indonesia Zaldy Masita menambahkan, banjir yang menggenangi sejumlah jalur transportasi darat menambah lama proses pengiriman barang. Situasi itu diperparah oleh cuaca buruk di laut. Perjalanan sejumlah kapal batal dan sebagian terlambat karena angin kencang dan gelombang tinggi.
"Sudah selama lima hari ini arus barang terganggu, baik di jalur darat maupun jalur laut. Sebenarnya, ada pilihan moda dengan kereta api, tetapi kapasitasnya masih sangat kecil, tidak sampai 5 persen dari total barang," kata Zaldy. (JOS/MKN)