Dian Ihsan Siregar, Medcom.id, Kamis, 3 Mei 2018
Jakarta: Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) memperkirakan pertumbuhan pasar logistik di Indonesia bisa mencapai 10 persen di tahun ini. Sedangkan pada 2019 berada di kisaran 10-12 persen. Sedangkan lima tahun ke depan, pertumbuhannya tidak jauh berbeda masih sekitar 12 persen.
Menurut Ketua Umum ALI Zaldy Ilham Masita, pertumbuhan yang datar karena operator logistik masih banyak dikuasai oleh perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Sementara, pihak swasta tidak mempunyai peran lebih dalam mengatur logistik di Indonesia.
"Kalau bicara pertumbuhan logistik, jangan untuk BUMN semua, tapi terbuka juga untuk swasta. Operator logistik, baik bandar udara (bandara) maupun pelabuhan itu milik BUMN, swasta sangat sedikit sekali," tegas Zaldy, ditemui di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Kamis, 3 Mei 2018.
Operator logistik milik BUMN, tutur dia, mempunyai tarif yang sangat mahal, tapi jasa dan service yang diberikan sangat jelek sekali. Persaingan dari swasta, dinilainya bisa memberikan perubahan bagi operator logistik milik negara.
"Swasta kan karena belum dikasih kesempatan, mereka belum belajar, swasta tolong diberi kesempatan. BUMN semua proyek diambil, kalau sudah bagus boleh dirasakan swasta," jelas Zaldy.
Minimnya perusahaan swasta menggarap kawasan logistik, lanjut dia, karena biaya investasi yang tinggi dan belum ada kepercayaan yang datang dari pemerintah.
"Coba lihat pelabuhan besar itu cuma Samudera Indonesia yang ada di Banjarmasin, sedangkan pelabuhan maupun bandara swasta hanya kecil saja. Pelabuhan dan bandara besar milik BUMN semua, jika pun ada seperti Patimban," tegas dia.
Memang, sambung dia, swasta bisa membangun semua itu, asalkan bekerja sama dengan asing. "Tapi balik lagi, asing ditunjuk oleh BUMN, nah swasta tidak dapat lagi. Semua di monopoli oleh BUMN, baik bandara maupun pelabuhan," tukas dia.
Sumber:
https://www.medcom.id/ekonomi/mikro/VNx73X1K-lima-tahun-mendatang-pasar-logistik-indonesia-hanya-tumbuh-12