Muhamad Hilman & Kahfi - Bisnis Indonesia, 25 April 2014
Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldy Masita mengatakan kepadatan barang di Pelabuhan Tanjung Priok, salah satu contohnya, menjelang Lebaran selalu menjadi ancaman karena dibarengi dengan lamanya waktu tunggu kontainer atau dwelling time di pelabuhan tersebut.
Kondisi itu selalu terjadi setiap tahun karena pemangku kepentingan di Pelabuhan Tanjung Priok tidak bersikap antisipatif terhadap lonjakan arus barang menjelang Ramadan.
"Ini sudah deket puasa dan Lebaran, biasanya ada lonjakan arus barang secara signifikan. Kalau tidak diantisipasi dari sekarang, Priok akan kongesti," katanya, Kamis (24/4).
Dia juga meragukan Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok dan PT. Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II bisa mengatasi masalah tersebut mengingat kondisi kapasitas dan ketersediaan infrastruktur di pelabuhan itu tidak mengalami perubahan dari tahun ke tahun.
Setiap tahun, Zaldy menuturkan volume barang di Pelabuhan Tanjung Priok rata-rata naik 20% hingga 30%, tetapi kapasitas infrastruktur tidak bertambah siginifikan. "Sekarang, apa saja usaha OP [Otoritas Pelabuhan] untuk menghadapi lebaran ketika kapasitas infrastruktur tetap sama dengan tahun lalu, tapi volumenya akan naik tinggi sampai 20% hingga 30% ini. Belum ada langkah konkretnya," ujarnya.
Dia mengharapkan pengirim barang mulai mengalihkan impornya ke Cikarang Dry Port (CDP) atau pelabuhan lain seperti Pelabuhan Tanjung Perak dan Pelabuhan Tanjung Emas guna mengantisipasi lamanya dwelling time di Pelabuhan Tanjung Priok.
Bila dwelling time di Tanjung Priok terus memburuk, tegasnya, citra sistem logistik di Indonesia, akan memburuk di dunia internasional. "Sudah saatnya, impor maupun ekspor melalui Tanjung Priok dialihkan melalui pelabuhan lain agar kegiatan ini tidak menumpuk di satu pelabuhan," katanya.
MASALAH KOORDINASI
Sementara itu, Dirjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Bobby R. Mamahit mengatakan pihaknya mendorong Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok sebagai wakil pemerintah di pelabuhan melakukan koordinasi dengan instansi terkait di pelabuhan.
Koordinasi itu berkaitan dengan antisipasi pemerintah untuk menghadapi lonjakan arus barang pada saat menjelang Ramadan dna libur Lebaran.
"Kalau koordinasi masih masalah juga, tetapi sudah banyak perubahan. Siapa sih yang mau disalahkan bahwa dia yang menyebabkan dwelling time," ujarnya.
Menurutnya, Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok telah berbenah sejak terbitnya rekomendai dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Ombudsman RI.
"Sudah banyak. Bea Cukai sudah menerapkan jalur merah cuma berapa persen, katakan sekarang lima berarti kecepatan pemeriksaan jadi lebih cepat," ucapnya.
Menurutnya, kinerja dwelling time kepelabuhan sudah mulai membaik. Laporan teakhir, katanya, dwelling time Tanjung Priok hanya sekitar 4 hari. Hanya saja, dia meminta seluruh pihak di pelabuhan menyiapkan antisipasi jauh hari karena volume barang akan meningkat menjelang Ramadan dan Lebaran.