Potri Adityowati - Tempo.co, 06 Juni 2014
"Efek buruknya akan lebih banyak," kata Zaldy saat dihubungi Tempo, Kamis 5 Juni 2014. (Baca: Kontainer Tak Boleh Lewat Tol, Logistik Kian Mahal)
Zaldy menjelaskan, angkutan logistik dari timur dan barat Pulau Jawa ke arah Tanjung Priuk mayoritas menggunakan truk. "Kalau masuk Jakarta dibatasi, ya harus memutar dan lebih jauh via tol JORR atau Bekasi," kata Zaldy.
Truk yang memutar lebih jauh atau tanpa lewat tol akan menghabiskan lebih banyak bahan bakar. Zaldy mencontohkan, biaya logistik dari Cirebon ke Tanjung Priuk yang tadinya Rp 2 juta, bisa menjadi Rp 2,5 juta.
Selain itu, Zaldy juga memikirkan ketidaksiapan infrastruktur akibat pengalihan lalu lintas truk. Truk dari timur Pulau Jawa yang ke Tanjung Priuk akan bertemu dengan dari arah barat. "Saya takut kapasitasnya melebihi, dan akan semakin macet. Apalagi menjelang Ramadhan."
Sejak 5 Juni 2014, Suku Dinas Perhubungan DKI Jakarta bekerjasama dengan Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya dan pengelola tol Wiyoto Wiyono, PT Cipta Marga Nusaphala Persada menggelar razia terhadap truk yang berlebihan muatan. Razia mengukur muatan sumbu truk dengan alat timbangan portabel. Nantinya beban muatan sumbu truk disesuaikan dengan Kir atau acuan kelayakan truk. Truk yang muatannya melebihi Kir akan ditilang.
"Tilang ini hanya sementara. Setelah bulan Juli, apabila kedapatan bermuatan lebih, truk akan kami kandangkan," ujar Arifin, Kasudin Perhubungan Jakarta Utara.
Razia ini disambut baik oleh PT CMNP. Pasalnya truk kelebihan muatan kerap merusak konstruksi jalan tol. Normalnya, menurut Bagus Medi Suarso, manajer Pemeliharaan dan Pelayanan PT CMNP, biasanya tol direnovasi setelah 5-6 tahun. Namun karena dilalui truk kelebihan muatan, dapat memendek menjadi maksimal tiga tahun. Lapisan permukaan jalan juga menjadi cepat berubah dan jalan menjadi cepat berlubang.
Sumber:
http://www.tempo.co/read/news/2014/06/06/092582879/Larang-Truk-di-Tol-Biaya-Logistik-Naik-10-Persen