News Detail
Jalur Ganda Pangkas Pasar Truk

Dedy Bashori, Truckmagz Edisi Agustus-September 2014

Pembangunan jalur ganda kereta api (KA) merupakan kabar gembira bagi dunia transportasi dan logistic Indonesia. Jalur ganda KA dari Jakarta-Surabaya memiliki panjang 727 km, terbagi dari lintas utara dan lintas selatan. Lintas utara terdiri dari empat segmen, yakni Cirebon-Brebes 63 km, Pekalongan-Semarang 90 km, Semarang-Bojonegoro 180 km, dan Bojonegor-Surabaya 103 km. sedangkan lintas selatan meliputi Cirebon-Larangan, Purwokerto-Kroya, Kroya-Kutoarjo, Solo-Paron, Paron-Madiun, dan Madiun-Surabaya.

 

Manajer Humasda VIII SB PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Sumarsono menyatakan keberadaan jalur ganda Jakarta-Surabaya ini member dampak positif untuk mengatasi masalah padatnya lalu lintas jalur pantura dan mengurangi pencemaran udara yang ditimbulkan oleh truk. Lantas, sejauh mana efektivitas dan efisiensi jalur ganda yang menelan biaya Rp. 10,5 triliun ini?

 

Jalur ganda mulai beroperasi pada hari raya. Keberadaannya akan sangat membatu pelaku bisnis karena saat ini truk dilarang melintas di pantura, ucap Sumarsono saat ditemui di kantornya. Tidak bisa dipungkiri, jalur ganda yang diperuntukkan bagi kereta penumpang maupun barang ini menghadirkan opsi lebih kepada pengusaha logistik. Sumarsono bahkan mengklaim kereta api memiliki berbagai kelebihan dibandingkan truk.

 

Kelebihan pertama dari KA adalah masalah waktu. Rute Jakarta-Surabaya bisa ditempuh sekitar Sembilan jam dari sebelumnya berkisar 11 jam. Sedangkan waktu tempuh KA barang dari 18,5 jam menjadi sekitar 16 jam. Waktu tempuh bisa lebih singkat tiga jam, tambahnya.

 

Keberadaan jalu ganda juga akan menambah jumlah kereta yang melintas di jalur Jakarta-Surabaya menjadi 180 kereta, dari sebelumnya hanya 90 kereta per hari. Dengan demikian, jumlah penumpang dan barang yang bisa diangkut juga makin banyak.

 

Keagresifan PT. KAI ditujukkan dengan rencana menyambungkan rel ganda hingga masuk ke Teluk Lamong. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pemindahan peti kemas dari kapal. Rencan itu sedang dibahas di kementerian, kemungkinan dari Kandangan akan disambungka ke Teluk Lamong, ungkapnya.

 

Rencana masuknya rel ke Teluk Lamong bahkan disambaut baik oleh Kabag Humas Pelindo III Surabaya, Edi Priyanto. Namun Edi mengingatkan, Teluk Lamong memiliki sistem eco green port (EGP). Mestinya memang demikian, tapi tidak boleh sampai masuk ke area satu, karena kami menerapkan sistem ramah lingkungan. Jadi dari kapal diangkut dengan truk bahan bakar gas (BBG), baru dipindah ke KA, tegasnya.

 

LEBIH MAHAL?

Optimisme PT. KAI merebut pangsa pasar truk ini sayangnya belum diimbangi pembangunan fasilitas pendukung yang memadai, akibatnya kebijakan ini belum berjalan efektif dan efisien. Hal ini diungkapkan Presiden Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldy Ilham Masita.

 

Pelaku bisnis tentunya menyambut baik adanya jalur ganda. Sayangnya sarana pendukung sangat minim sehingga keberadaannya masih belum berjalan optimal, ujar Zaldy Iham Masita.

 

Menurutnya, salah satu fasilitas vital yang seharusnya dimiliki PT. KAI adalah gudang atau logistic centre yang berfungsi untuk menampung barang dari pabrik. Lokasi logistic centre harus dekat dengan stasiun. Selama ini banyak pengusaha kesulitan menggunakan KA karena jarak pabrik atau gudang yang jauh dari stasiun. Jika dipaksakan tentunya mengakibatkan pembengkakan biaya.

 

Pengangkutan menggunakan KA menyebabkan terjadinya double handling atau dua kali kerja. Kontainer dibawa menggunakan truk, kemudian dinaikkan ke kereta, setelah sampai tujuan. Sangat tidak efektif dan efisien. Persoalannya tidak hanya di stasiun, tetapi juga perjalanan dari stasiun ke gudang. Layanan kereta api ini agak menyulitkan logistik karena layanannya tidak dari pintu ke pintu. Jadi, biayanya juga tak turun, tambahnya.

 

Dampak minimnya logistic centre yang memadai dan double handling, biaya angkut menggunakan KA yang secara tertulis lebih murah, justru secara total lebih mahal daripada truk. Contoh rute Jakarta-Surabaya sekitar Rp. 6 juta Rp. 6,5 juta, sedangkan dengan truk hanya berkisar Rp. 5 juta/kontainer. Biaya resminya KA hanya berkisar Rp. 3 juta/kontainer, tapi biaya lain-lainnya yang besar seperti truk yang membawa kontainer ke stasiun dan biaya memindahkan barang, tambahnya.

 

 

Ironisnya, tingginya ongkos menggunakan jasa KA tidak terselesaikan dengan adanya jalur ganda. Adanya jalur ganda berarti makin banyak barang yang bisa diangkut. Logikanya, biaya akan turun, tapi anehnya, PT. KAI justru menaikkan 15%, tuturnya.

 

Kurangnya fasilitas pendukung juga berdampak pada waktu tempuh. Saat ini, Jakarta-Surabaya ditempuh dalam waktu 11-13 jam. Dengan jalur ganda, bisa ditempuh dalam waktu 8-10 jam. Namun proses kontainer  dari pabrik hingga naik ke kereta membutuhkan proses relatif panjang yang menyita banyak waktu. Akibatnya, proses kontainer dari pabrik sampai ke tujuan membutuhkan waktu sekitar 60 jam. Selisih waktunya hanya sekitar 12 jam dari truk, sangat tidak signifikan. Tentunya lebih banyak yang tetap menggunakan truk, lebih praktis dan murah, katanya.

 

Tingginya biaya dan rumtnya proses pengangkutan barang menggunakan KA berdampak pada minat pengusaha. Diperkirakan tahun ini peralihan angkutan logistik dari truk ke KA hanya berkisar 5%. Lima tahun lagi mungkin baru bisa terjadi peralihan ke KA sebesar  25%-30%, tapi syaratnya fasilitas penunjang harus memadai, tegasnya. Dengan demikian, jalur ganda belum mampu menghapuskan kedigdayaan truk yang selama ini mengusai 95% angkutan logistik, terutama di Pulau Jawa.

 

Kendati Ketua Asosiasi Logistik Indonesia menyatakan, pelaku industri masih condong menggunakan jasa truk, namun keberadaan rel ganda tetap menimbulkan keresahan sebagian pengusaha.

 

Pengusaha muda trucking di Surabaya Jawa Timur, Masad Zakariah bahkan mengkhawatirkan terjadinya efek domino. Keberadaan jalur ganda pasti akan berimbas ke pengusaha truk, khusunya untuk rute jarak jauh. Pabrik yang dekat dan memiliki akses KA hampir pasti akan beralih menggunakan KA, ujarnya.

 

Pemilik PT. Sinar Surya Sejahtera ini meyakini, sedikitnya 30% pangsa pasar truk akan beralih ke KA. Truk yang kehilangan muatan kemungkinan besar akan mencari muatan di pelabuhan, seperti Tanjung Priok.

 

Melonjaknya jumlah truk yang membutuhkan muatan di pelabuhan mengakibatkan persaingan yang tidak sehat. Efek domino yang terjadi adalah perang harga, asal dapat muatan. Nah, ini yang berbahaya, tambahnya.

 

Sementara itu, pemilik PT. Karya Marga yang berkantor pusat di Probolinggo, Rjahjono Sutjipto tidak menyangkal akan berkurangnya pasar truk, namun menurutnya truk tetap lebih unggul karena bisa door to door.

 

Rute jarak jauh mingki kalah oleh KA, tapi tidak untuk rute jarak dekat. Selain itu, truk tetap bisa lebih praktis tinggal angkut dan sampai tujuan. Tidak mungkin KA mengantar peti kemas ke masing-masing pabrik kan? Jadi tinggal bagaimana menyiasatinya, ujarnya.

 

 

 


Back to List

25 Mar 2024

KAI Logistik Perluas Jangkauan Pengiriman hingga ke Kalimantan

Sakina Rakhma Diah Setiawan, Kompas.com, Sabtu 23 Maret 2024

18 Mar 2024

Larangan Angkutan Logistik Saat Libur Hari Besar Keagamaan Munculkan Masalah Baru

Anto Kurniawan, Sindonews.com, Minggu 17 Maret 2024

18 Mar 2024

Kemendag Dorong Relaksasi Pembatasan Angkutan Logistik Saat Hari Raya

Mohamad Nur Asikin, Jawapos.com, Sabtu 16 Maret 2024

08 Mar 2024

Dirjen SDPPI: Hadirnya gudang pintar 5G pecut industri berinovasi

Fathur Rochman, Antaranews.com, Kamis 7 Maret 2024

07 Mar 2024

Jurus Kemenhub Tekan Ongkos Biaya Logistik Supaya Makin Murah

Retno Ayuningrum, Detik.com, Rabu 6 Maret 2024

07 Mar 2024

Transformasi Digital Pelabuhan Dorong Peningkatan Efisiensi Biaya Logistik

Antara, Republika.co.id, Rabu 6 Maret 2024

Copyright © 2015 Asosiasi Logistik Indonesia. All Rights Reserved