News Detail
Beyond Cabotage Solusi bagi Pelayaran

Hadijah Alaydrus, Bisnis Indonesia, Senin 28 November 2016

Ketika bisnis pelayaran dunia ramai berbicara soal kelebihan kapal, konsolidasi muatan hingga aliansi, perusahaan pelayaran Indonesia justru bergeming.

 

Pengusaha pelayaran dalam negeri tampaknya masih percaya pada pasar dalam negeri. Buktinya, beberapa di antara perusahaan pelayaran baik kontainer, maupun curah masih berupaya menambah armada pada 2017.

 

Kepercayaaan yang besar itu dipicu oleh proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun depan yang dipatok pada angka 5,1%. Kendati proyeksi pertumbuhan itu turun 0.2% dari 5,3% yang tercantum pada nota keuangan, angka yang dipaparkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani ini ternyata memberi harapan besar kepada pebisnis pelayaran.

 

Managing Director PT Pelayaran Tempuran Emas Tbk. Fatu Khusumo mengungkapkan patokan pertumbuhan perusahaan pelayaran sangat tergantung pada pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

 

“Benchmark-nya ke ekonomi Indonesia saja. Ekonomi Indonesia masih tumbuh, tetap pelayaran domestik kira-kira tumbuhnya sekian. Tidak akan kurang dan tidak akan lebih,” ujarnya di sela-sela Mare Forum 2016 di Jakarta, Rabu (23/11).

 

Untuk mengambil kue dari pasar nasional, Faty percaya semua tergantung pada strategi masing-masing perusahaan pelayaran. Dia optimistis bisnis pelayaran juga akan tumbuh kisaran yang sama dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun, dia mengingatkan perusahaan pelayaran tetap harus berhati-hati dalam menjalankan bisnis dan strateginya.

 

“Semua harus fleksibel dalam menentukan strategi karena potensinya masih besar,” tegasnya.

 

Emiten dengan kode saham Temas Line itu, Faty mengatakan penambahan armada sebanyak lima unit kapal peti kemas hingga Mei 2017 dilakukan dengan kalkulasi bisnis.

 

Menurutnya, perusahaan telah mencoba strategi mengoperasikan kapal besar untuk pelabuhan yang besar dan kapal yang lebih kecil diarahkan sebagai feeder di pelabuhan yang lebih kecil.

 

Dalam implementasinya, imbuhnya, tidak semua berjalan mulus, karena kendala infrastruktur di Indonesia. Faty menilai dua kapal peti kemas baru yang dibeli perusahaan berukuran 2.700 TEUs untuk melayani pendulum service masih sulit bersandar di Pelabuhan Belawan karena kedalaman alur pelayaran yang tidak mencukupi.

 

Akibatnya, dia mengatakan Temas Line hanya bisa mengangkut 900 TEUs. Bila kapal penuh muatan, kebutuhan draft-nya mencapai 12 meter.

 

Faty menegaskan muatan dari wilayah Belawan tersebut sangat menjanjikan. Yang menyedihkan, dia mengatakan masih ada beberapa pelabuhan di wilayah terpencil di Indonesia yang tidak memiliki alat bongkar muat sehingga perusahaan harus mengerahkan kapal yang memiliki crane sendiri.

 

Melihat keterbatasan itu, Faty menjelaskan perusahaan pelayaran tetap maju selama masih ada kebutuhan barang bagi masyarakat di wilayah-wilayah terpencil tersebut.

 

Dia menyatakan sulit menentukan pola bisnis pelayaran di Indonesia.

 

Sementara itu, Director Drewry Financial Research Ltd. Rahul Kapoor menilai pasar peti kemas Indonesia masih terus tumbuh. Namun, Kapoor menyarankan Pemerintah Indonesia harus memperbarui infrastruktur pelabuhan untuk menampung kapal besar.

 

Menurutnya, membawa satu kontainer di dalam negeri ternyata lebih mahal dibandingkan dengan mengangkut barang dari Indonesia ke Amerika Serikat. “[Oleh karena itu] sangat penting untuk juga meningkatkan infrastruktur pelabuhannya juga karena ini sangat krusial bagi perdagangan dan ekonomi Indonesia,” ungkapnya.

 

Dia menilai pembangunan pelabuhan oleh sektor swasta di Sumatera, Jawa dan Sulawesi dapat membantu jaringan pelayaran peti kemas dalam negeri.

 

Sayangnya, Drewry melihat ada perlambatan dalam pengembangan jaringan hub-spoke di Indonesia. Kapoor mencatat pelambatan hariang hub-spoke dipengaruhi oleh melambatnya pembangunan dan pengembangan pelabuhan di kawasan timur Indonesia.

 

Secara global, dia memperkirakan volume kargo akan pulih ke tingkat tertentu, tapi fase pertumbuhan rendah yang baru akan muncul pada tahun depan.

 

Kabar baik datang dari pelayaran curah, Komisioner PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk Oentoro Surya melihat pasar pelayaran curah kering seperti batu bara akan mengalami pertumbuhan karena pemerintah mulai menggenjot pembangunan pembangkit listrik di seluruh Indonesia sehingga kebutuhan bahan bakar akan naik.

 

“Pembangunan pembangkit listrik dimulai tahun ini dan tahun depan, sehingga ini akan mempengaruhi kebutuhan batu bara dalam negeri,” paparnya.

 

Saat ini, dia menilai kebutuhan batu bara sekitar 80 juta ton. Bila proyek pembangkit listrik mulai berjalan dalam beberapa tahun ke depan, akan ada tambahan sekitar 30 juta ton yang harus disuplai ke pembangkit.

Untuk barang curah seperti nikel dan bijih besi, dia memperkirakan pertumbuhannya tidak signifikan karena terhambatnya pembangunan beberapa fasilitas pemurnian (smelter) akibat perizinan yang lama.

 

Namun, dia tidak menutupi kondisi kapal tug and barge yang masih tidak beroperasi di beberapa wilayah.

 

Oentoro mengingatkan agar pengusaha dan pemilik kapal benar-benat berhati-hati dalam melakukan investasi dan menentukan tarif.

 

MENGACU KONTRAK

Penambahan atau peremajaan armada, lanjutnya, harus memperhatikan perolehan kontrak. Menurutnya, silakan menambah kapal, jika ada kontrak jangka panjang.

 

Oentoro juga perihatin dengan jatuhnya harga kapal. Kondisi ini menyebabkan banyak fund manager dan private equity yang mengambil alih perusahaan pelayaran. Akibatnya, banyak perusahaan yang dijalankan bukan oleh orang yang paham soal bisnis tersebut.

 

Dia juga mencemaskan kebijakan proteksi perdagangan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Bila Amerika Serikat memutuskan untuk memproduksi sendiri minyaknya, dia memprediksi kemungkinan tidak terserapnya produksi minyak dunia akan kembali menyebabkan harga komoditas itu jatuh.

 

“Kalau [minyak] turun, kapalnya gimana? Kalau sebagai user bersyukur karena tarif kapal bisa murah. Walaupun bunker murah, freight-nya tidak akan menunjang karena semua user maunya murah,” keluhnya.

 

Selain itu, pengguna jasa lebih berhati-hati dan detail dalam memilih kapal.

 

Oentoro menilai Pertamina dan PLN akan sangat jeli memperhatikan rekam jejak dan pengalaman perusahaan pelayran sebelum memberikan kontrak.

 

Oleh karena iti, dia juga mengingatkan semua perusahaan pelayaraan baik curah kering maupun cair untuk menjalankan bisnisnya dengan profesional.

 

Untungnya, Indonesia konsisten dalam menerapkan asas cabotage yang turut menguatkan bisnis pelayaran dalam negeri ketika pelayaran global setengah mati bertahan di tengah kemelut ekonomi. Harus diakui jika tidak ada asas cabotage, mungkin nasib pelayaran Indonesia lebih buruk lagi.

 

Berkaca dari suksesnya asas cabotage, mungkin sudah saatnya konsep beyond cabotage direalisasikan di Indoenesia. Hal itu penting daripada sibuk berdebat soal perlunya mendatangkan kapal besar berbendera asing.

 


Back to List

08 Mar 2023

National Logistics Ecosystem Terobosan Dorong Performa Logistik

www.kemenkeu.go.id, Senin 6 Maret 2023

21 Feb 2023

Menakar Efektivitas Pusat Logistik Berikat & Dampaknya bagi JPT

logistiknews.id, Selasa, 21 Februari 2023

06 Feb 2023

Geliat Industri Logistik, Salah Satunya Logistik Industri Halal

Asnil Bambani Amri, Kontan.co.id, Jumat 03 Februari 2023

06 Feb 2023

ALI: Sektor Logistik Bisa Tumbuh 8 Persen pada 2023

MG Noviarizal Fernandez, Bisnis.com, Jumat 3 Februari 2023

02 Feb 2023

Logistik UMKM Sangat Terbantu Platform e-Commerce, Kenapa?

Logistiknews.id, Kamis 2 Februari 2023

02 Feb 2023

ALI Ingin Ada Badan Tersendiri Urusi Sektor Logistik, Karena..

Oceanweek.co.id, Rabu 1 Februari 2023

02 Feb 2023

Bisnis Logistik 2023 Bakal Tumbuh 5-8%, Ini Parameternya versi ALI

Logistiknews.id, Rabu 1 Februari 2023

31 Jan 2023

Menerawang Prospek Bisnis Logistik Tahun Ini, Masih Moncer?

Elsa Catriana, Kompas.com, Senin 30 Januari 2023

Copyright © 2015 Asosiasi Logistik Indonesia. All Rights Reserved