Gloria F.K. Lawi, Bisnis Indonesia, Jumat 10 Maret 2017
JAKARTA – Indonesia masih sulit bersaing menjadi hub logistik jika belum mempunyai sistem Pusat Logistik Berikat sekelas Asia Tenggara.
Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi mengatakan pusat logistik berikat (PLB) bukan hal yang luar bisa karena sudah sejak lama ada di negara Asia Tenggara. Oleh karena itu, dia menyatakan Indonesia yang kini memiliki fasilitas PLB belum optimal karena baru berumur dua tahun.
“Oleh sebab itu ini masih jauh dari mimpi kita menjadi hub atas PLB ini,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (9/3).
Seharusnya, dia menilai pemerintah sudah membuka PLB sejak tiga tahun lalu. Dia mengklaim DPP ALFI sudah mengusulkan kehadiran PLB sejak tiga tahun lalu. “Pada waktu itu kita usulkan dengan nama Logistics Center,” jelasnya.
Saat ini, Yukki mendukung logistics center khsusus untuk komoditas minyak dan gas. ALFI juga sudah menyampaikan nilai dari potensi pasar yang bisa direbut oleh Indonesia dari negara tetangga.
“Akhirnya dibuka 2015 untuk banyak produk dan utamanya produk-produk yang belum jadi. Tentunya, ada persyaratan lainnya,” tuturnya.
Atas keputusan itu, Yukki sudah memprediksi PLB akan kurang berhasil jika tidak fokus pada komoditas. Hal itu terbukti dengan beberapa PLB yang tidak bisa meneruskan kegiatannya, salah satunya Kamadjaja Logistics yang belum memiliki pelanggan hingga kini.
“Per hari ini rata-rata kapasitas di bawah 50%. Dan bahkan sudah ada [PLB] yang menghentikan operasinya,” ungkapnya.
Yukki yang juga Chairman Asean Freight Forwarders Association (AFFA) menilai PLB Indonesia masih tertinggal dari negara Asia Tenggara lainnya. Dia meminta pemerintah fokus bukan kepada pemberian izin kepada perusahan pengelola PLB tetapi menargetkan besar volume yang bisa direbut dari pasar Asia Tenggara.