Publication Detail
TINGGINYA BIAYA LOGISTIK DAN SOLUSI UNTUK MENEKAN BIAYA LOGISTIK DI INDONESIA

Reiy Schreiben

Hingga saat ini tren pertumbuhan ekonomi Indonesia masih cenderung positif. Akan tetapi, masih banyak masalah yang harus segera diatasi karena jika tidak diatasi segara akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi tersebut. Salah satu permasalahan yang masih mengganjal adalah masalah biaya logistik di Indonesia yang masih tinggi. Menurut Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, biaya logistik di Indonesia termasuk tinggi dibandingkan negara-negara maju maupun negara ASEAN lainnya. Biaya logistik Indonesia saat ini mencapai 26,4% dari total PDB Indonesia. Selain itu, menurut Lembaga Pengkajian Penelitian dan Pengembangan Ekonomi (LP3EI) Kadin, Ina Primiana, angka tersebut tergolong tinggi yaitu sekitar Rp 1.820 Triliun yang terdiri dari biaya penyimpanan sebesar Rp 546 Triliun, biaya transportasi sebesar Rp 1.092 Triliun, dan biaya administrasi sebesar Rp 182 Triliun.

 

Biaya logistik di Indonesia masih sangat tinggi dibandingkan negara lain. Biaya logistik di Indonesia yang mencapai 26,4% dari PDB dinilai lebih tinggi dibandingkan negara lain seperti Malaysia yang hanya 15%, Korea Selatan sebesar 16,3%, Jepang 10,6%, dan Amerika Serikat 9,9%. Bahkan rata-rata negara-negara di Eropa hanya berkisar di 8 hingga 11 persen. Selain itu, pada tahun 2012 yang lalu Bank Dunia mengumumkan Logostic Performance Index atau LPI dimana peringkat Indonesia tergolong rendah dibandingkan Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Peringkat Indonesia naik dari peringkat 75 menjadi 59, namun masih tergolong rendah jika dibandingkan Malaysia yang berada di posisi 29 dan Malaysia di posisi 29.

 

Pemicu utama tingginya biaya logistik di Indonesia adalah sistem logistik dan infrastruktur yang masih belum memadai. Infrastrukutur yang berkaitan langsung dengan logistik adalah sektor transpotasi, terutama infrastrukutur pelabuhan, jalan, dan hubungan antar moda. Menurut pengamat Transportasi dan Logistik, Yamin Jingca menilai mahalnya biaya logistik di Indonesia disebabkan tiga faktor utama. Pertama sistem logistik di Indonesia yang masih belum bagus karena kurangnya sumber daya manusia yang memadai. Jumlah pasokan barang masih belum merata, hal ini diakibatkan perbedaan biaya logistik yang jauh antara kawasan Indonesia bagian barat dan timur. Selain itu, sistem dua arah harus diberlakukan agar kapal-kapal yang membawa angkutan kedaerah harus membawa kembali muatan dari daerah yang dituju agar lebih efisien.

 

Faktor kedua adalah kondisi kapal banyak yang sudah tua dan tidak memadai lagi. Kondisi tersebut membuata muatan menjadi tidak efisien karena terdapat penyusutan muatan selama perjalanan. Selain itu, kondisis tersebut membuat biaya pemeliharaan dan perawatan kapal menjadi besar dan akan berimbas pada arus pendistribusian logistik. Sedangkan faktor ketiga adalah masalah infrastruktur pelabuhan yang masih belum memadai. Hal tersebut diakibatkan karena banyak pelabuhan yang mengalami pendangkalan, sebagai contoh pelabuhan Belawan di Medan. Pelabuhan Belawan merupakan pintu utama pelabuhan Indonesia dari kawasan Indonesia di bagian barat. Namun akibat pendangkalan di pelabuhan tersebut membuat antian lama bagi kapal yang ingin berlabuh sehingga menimbulkan ongkos yang tinggi. Selain itu, infrastrukutr jalan ke pelabuhan juga berpengaruh secara langsung, seperti jalan menuju pelabuhan Tanjung Priok Jakarta yang setiap hari selalu macet.

 

2. Dampaknya Pada Perdagangan Internasional Indonesia

 

Biaya logistik saat ini memang tidak berpengaruh secara langsung terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, namun jika dibiarkan dibiarkan begitu saja akan menghasilkan dampak yang signifikan bagi perekonomian Indonesia, terutama bagi sektor perdaganan Internasional Indonesia. Dampak yang dapat dirasakan saat ini adalah seperti defisitnya neraca perdagangan Indonesia terhadap beberapa negara di dunia. Selain diakibatkan sedang lesunya perekonomian global, tetapi biaya logistik yang tinggi juga dapat memberikan efek yang negatif pada neraca perdagangan Indonesia. Hal ini diakibatkan karena biaya logistik yang tinggi, maka biaya untuk melakukan perdagangan internasional terutama biaya ekspor dan impor akan meningkat. Sehingga hal tersebut akan menyebabkan defisit pada neraca perdaganan jika biaya impo lebih tinggi dari pada biaya ekspor.

 

Selain itu, kesepakatan perdagangan bebas antara beberapa negara terutama negara-negara ASEAN dengan Indonesia akan memberikan efek negatif jika masalah biaya logistik yang mahal tidak segera diatasi. Dengan dibukanya ASEAN Ecnomic Community atau Masyarakat Ekonomi ASEAN di tahun 2015, maka pintu perdagangan untuk masuk ke kawasan Indonesia kan dibuka bebas dan negara manapun di Asia Tenggara akan bebasa mengirimkan barang dengan tarif nol rupiah. Sehingga, dengan keadaan biaya logistik yang tinggi maka akan menyebabkan produk dari Indonesia akan kalah bersaing dengan produk negara-negara Asia Tenggara lainnya dan produk impor akan merajai pasar domestik. Menurut Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, masih banyak orang yang belum sadar bahwa neraca perdagangan negara-negara Asia Tenggara sedang defisit. Dengan begitu, jika kesepakatan ASEAN Economic Community dijalankan maka akan memperparah defisit neraca perdagangan beberapa negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

 

3. Solusi Untuk Mengatasinya

 

Pemerintah saat ini tengah melakukan usaha untuk mengatasi biaya logistik yang tinggi. Salah satunya adalah pemerintah akan meningakatkan hubungan bilateral dan multilateral agar dapat membuahkan keadilan dalam perdaganan Internasional Indonesia. Banyak orang yang masih belum megetahui jika neraca perdagangan negara-negara ASEAN saat ini defisit. Sehingga perlu dilakukan komunikasi dan diskusi antara pemimpin melalui forum resmi salah satunya yaitu dalam forum Kerjasama Negara-negara Asia Pasifik atau APEC. Selain itu, pemerintah juga telah melakukan kerjasama dengan negara Jerman dalam hal logistik dan pelabuhan yang akan diselenggarakan seminar logistik di Jakarta dan Makassar. Dimana, kerjasama tersebut dilakukan antara pemerintah Indonesia, IASI Jerman (Ikatan Ahli dan Sarjana Indonesia Jerman), dan Kementerian Ekonomi, Tenaga Kerja, dan Pelabuhan negara bagian Bremen.

 

Solusi lainnya adalah, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengusulkan adanya sistem pendulum untuk menekan biaya logistik. Pembuatan sistem logisitk harus dapat bekerja seperti sistem pendulum agar peti kemas jangan kosong dari pelabuhan timur ke barat. Sehingga pengangkutan peti kemas dari pelabuhan di bagian barat ke timur ataupun sebaliknya harus dilakukan secara matang agar dapat efeisien. Selain itu, perbaikan infrastruktur terutama di kawasan Indonesia bagian timur harus segera dilakukan. dengan begitu, jika infrastruktur terutama infrastruktur pelabuhan telah memadai, maka kesenjangan harga akan dapat dikurangi. Langkah selanjutnya adalah tidak hanya menekan biaya dari pasokan saja, namun juga memperhatikan sektor permintaan terutama konsumsi oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan agar produk Indonesia dapat memiliki daya saing, sehingga hal tersebut dapat dilakukan dengan membangun pola pikir subtitusi dalam konsumsi.


http://reiyslbs.wordpress.com/2013/04/25/tingginya-biaya-logistik-dan-solusi-untuk-menekan-biaya-logistik-di-indonesia/


Back to List

Copyright © 2015 Asosiasi Logistik Indonesia. All Rights Reserved