Publication Detail
Penerapan Model Transportasi Multimoda dalam Supply Chain Management

Asami

Globalisasi internasional yang terjadi saat ini adalah era perdagangan bebas yang  akan mempengaruhi sistem dan distribusi komoditi dunia, mobilitas modal dan persaingan usaha antar negara semakin tinggi. Kata kunci untuk memenangkan persaingan global adalah efisiensi. Efisiensi dalam sistem distribusi dan logistik pada sistem perdagangan ekspor-impor dan perdagangan dalam negeri memungkinkan dapat dicapai dengan pengembangan teknologi sistem transportasi dengan penerapan sistem transportasi terpadu antar moda laut, jalan raya/rel dan udara. Masyarakat industrialis tidak akan ada tanpa peran sistem transportasi yang efisien. Umumnya, orang beranggapan bahwa barang-barang akan berpindah dari tempat diproduksi ke tempat barang tersebut akan dikonsumsi dapat dilakukan dengan mudah, tanpa memikirkan pengorbanan waktu dan biaya yang ditimbulkannya.  Ternyata dalam kenyataannya tidak semudah itu.

 Transportasi menciptakan suatu produk. Kegunaan waktu secara umum dimaksimalkan oleh sistem penggudangan dan cara penyimpanan suatu produk sampai ke tangan konsumen. Transportasi juga salah satu faktor dalam penciptaan ketepatan waktu karena mencerminkan seberapa cepat dan seberapa tepat produk dapat berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain.  Faktor-faktor ini ditujukan sebagai time in transit ketepatan waktu dalam pengangkutan dan ketepatan jasa (consistency of service).  Jika suatu produk tidak tersedia pada saat dibutuhkan makan akan terjadi kerugian yang tak terhitung, seperti kehilangan penjualan, ketidakpuasan konsumen, dan keterlambatan produksi yang pada akhirnya kerugian terbesar akan muncul, yaitu kehilangan kepercayaan konsumen.

Agar perusahaan tetap mendapatkan kepercayaan dari konsumen, maka perusahaan harus mengelola seluruh siklus yang terjadi dalam aktivitas produksi maupun pemasaran produknya.  Konsep supply chain  management merupakan konsep baru yang melihat seluruh aktivitas perusahaan adalah bagian terintegrasi.  Dalam hal ini integrasi perusahaan pada bagian hulu (upstream) dalam menyediakan bahan baku dan integrasi pada bagian hilir (down stream) dalam proses distribusi dan pemasaran produk.

 SCM adalah serangkaian pendekatan yang diterapkan untuk mengintegrasi pemasok, pengusaha, gudang dan tempat penyimpanan lainnya secara efisien sehingga produk dihasilkan dan didistribusikan dengan kuantitas yang tepat, lokasi dan waktu yang tepat untuk memperkecil biaya dan memuaskan kebutuhan pelanggan (Simchi-Levi, et al, 2003). Setiap perusahaan tidak dapat lepas dari persoalan transportasi baik untuk pengadaan bahan baku ataupun dalam mengalokasikan barang jadinya. Transportasi merupakan salah satu faktor yang penting dalam dunia usaha untuk mendistribusikan hasil produksinya. Salah satu masalah transportasi adalah pendistribusian beberapa komoditas dari beberapa pusat persediaan yang disebut sumber ke beberapa pusat penerima yang disebut tujuan, dengan meminimumkan biaya total distribusi. Biaya transportasi diharapkan menjadi minimum, besarnya biaya operasional ke tempat-tempat distribusi ditetapkan secara eksak, sedangkan jumlah permintaan dan persediaaan masih belum diketahui dengan jelas. 

Parameter-parameter pada masalah transportasi adalah biaya distribusi, nilai permintaan dan persediaan (baik produksi maupun kapasitas penyimpanan). Kemudian dari parameter-parameter itu dibuat suatu model matematis dengan fungsi tujuan meminimumkan biaya dengan batasan-batasan seperti: nilai permintaan dan persediaan.

Kebanyakan perusahaan menggunakan dua atau lebih jenis fasilitas pengangkutan untuk memastikan keamanan dan pengiriman barang-barang atau produk yang tepat waktu. Kebutuhan akan koordinasi muncul oleh karena kemampuan dan tarif-tarif yang berbeda dari berbagai fasilitas-fasilitas pengangkutan. Sebagai contoh, angkutan udara tidak mudah tersedia, operasinya dapat dikoordinasikan dengan motor yang dapat memuat dan mendistribusikan barang-barang ke konsumen. Selain itu juga perlu disediakan yang berhubungan dengan rel (kereta api) dan transportasi pipa (untuk bahan cair). Penggunaan berbagai fasilitas-fasilitas pengangkutan dalam pendistribusian barang-barang disesuaikan dengan keinginan perusahaan dan jangkauan dari alat-alat transportasi tersebut.  Seorang manajer perusahaan dalam hal pengadaan transportasi perlu memikirkan jenis-jenis transportasi atau alat pengangkutan yang digunakan dalam pendistribusian barang-barang atau produk dengan memperhatikan faktor-faktor yang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan.  Sebagai contoh, alat transportasi yang memiliki biaya pengangkutan yang rendah dibandingkan dengan alat transportasi lainnya sehingga biaya transportasi dapat diminimumkan dengan pengiriman produk atau barang yang tepat waktu (Lingatiene, 2006).

 Transportasi dan distribusi produk dari berbagai sumber ke berbagai tujuan melibatkan beberapa jenis moda (jenis) transportasi. Setiap moda transportasi memiliki perbedaan pengalokasian waktu dalam mendistribusikan suatu produk dari berbagai sumber ke berbagai tujuan. Begitupun dengan rantai pasok dari komoditas cabai merah.  Dalam transportasi dan distribusi cabai merah dari petani hingga ke konsumen menggunakan beberapa jenis moda transportasi yang memiliki kapasitas angkut dan biaya pangangkutan serta kecepatan yang berbeda. Dalam perencanaan transportasi rantai pasok cabai merah dibutuhkan suatu teknik pemodelan yang dapat melibatkan beberapa moda (jenis) transportasi. Teknik pemodelan dengan sistem multimoda transportasi dengan tujuan utama yang ingin dicapai adalah efisiensi biaya pengangkutan dengan memperhatikan faktor kecepatan dan ketepatan waktu barang sampai di tangan penerima (konsumen). 

  Contoh penerapan multimoda dalam supply chain management. Pola rantai pasok cabai merah melibatkan beberapa pihak sebagai mata rantai dari rantai pasokan.  Anggota rantai pasokan yang terlibat antara lain pedagang pengumpul, pemasok, pedagang pengecer pasar tradisional, pasar modern dan konsumen akhir  Alokasi pasokan cabai merah dimulai dari petani cabai merah yang menjual cabai merah ke pengumpul. Selanjutnya pengumpul memasok cabai merah ke distributor cabai merah yang akan memasok ke pasar tradisional dan pasar modern. Dalam distribusi cabai merah dari petani hingga konsumen menggunakan beberapa moda transportasi. Moda transportasi yang biasa digunakan seperti motor, mobil pick up, truk, mobil kontainer atau mobil box.  Penggunaan moda transportasi tersebut digunakan sesuai dengan kapasitas angkut dari tiap moda  tersebut dan tingkat kebutuhan dari tiap rantai pasok.

 

Sumber:

http://deedufams.blogspot.com/2011/04/penerapan-model-transportasi-multimoda.html

 


Back to List

Copyright © 2015 Asosiasi Logistik Indonesia. All Rights Reserved