Gloria F.K. Lawi, Bisnis Indonesia, Selasa 11 Juli 2017
Pelarangan angkutan barang selama musim arus mudik dan arus balik Lebaran selalu menjadi permasalahan bagi pebisnis logistik.
Pada Angkutan Lebarang 2017, Kementerian Perhubungan mengeluarkan regulasi pembatasan mobil barang dengan sumbu tiga atau lebih selama 9 hari yaitu H-4 sampai dengan H+3 Lebaran.
Untuk pengangkutan barang tambang atau barang galian tambang, Kemenhub melarang operasi hingga 16 hari yaitu pada H-7 sampai dengan H+7 Lebaran.
Padahal, pada sisi lain pebisnis logistik dan jasa kurir ingin memanfaatkan momentum Lebaran untuk mendulang keuntungan.
Contoh Mudah PT. Pos Indonesia (Posindo), yang menghitung peluang bisnis logistik selama angkutan Lebaran bukan hanya pengiriman parcel, melainkan juga pengiriman barang milik pemudik.
Menjelang arus mudik lalu, Posindo mencoba meluncurkan program angkutan barang milik pemudik melalui pos. Ide itu berangkat dari data tingginya pemudik sepeda motor yang mengalami kecelakaan. Salah satu penyebabnya utama kecelakaan pemudik sepeda motor adalah barang bawaan yang melebihi kapasitas daya tampung kendaraan bermotor roda dua.
Pada saat yang sama, pemerintah juga meluncurkan program mudik gratis pengguna sepeda motor menggunakan angkutan laut. Program itu bertujuan menekan angka kecelakaan pengemudi sepeda motot selama mudik yang sangat tinggi.
Di sisi lain, pemerintah memiliki visis menurunkan jumlah pengendara motor jarak jauh setiap tahun dengan berbagai insentif bagi angkutan umum.
Sayangnya, tren pemudik sepeda motor tidak mengalami penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun. Sebaliknya, ada potensi peningkatan jumlah pemudik motor seiring dengan semakin banyaknya pembukaan jalan.
Pemudik sepeda motor inilah yang lantas menjadi bidikan baru perusahaan logistik dan jasa kurir selama momen Lebaran.
Tak tanggung-tanggung Posindo sampai menawarkan jam operasional penih selama momen cuti bersama Lebaran sampai dengan 24 Juni 2017 atau H-1.
Saya kira yang perlu diperhatikan adalah budaya konsumen yang berpikir efisien. Bila tarif pengiriman barang lebih mahal, pemudik sepeda motor akan tetap memilih membawa barangnya sendiri sekalipun dengan risiko kecelekaan di jalan raya.
Memang belum ada perhitungan berapa besar volume layanan jasa logistik pengantaran barang milik pemudik.
Perlu ada pengembangan inovasi dari perusahaan logistik mengingat pangsa pasar pengantaran barang milik pemudik sepeda motor sejalan dengan program pemerintah yang ingin mereduksi pemudik sepeda motor.
Jasa kurir dan logistik yang bersifat ekspres jelas tidak akan menggunakan moda transportasi darat untuk mencapai target waktu pengiriman tercepat.
Mau tak mau, pengiriman barang harus melalui angkutan udara yakni dengan mengisi kargo pesawat. Unik memang, saat momen Lebaran, angka penumpnag bisa meningkat drastis sementara keterisian kargo udara berkurang karena bisnis yang sedang berhenti.
Harusnya, pengusaha jasa kurir dan logistik bisa mengandalkan kondisi itu untuk menggenjot keterisian barang melalui kargo udara.
Perlu ada inovasi lanjutan untuk nisa menjalankan layanan logistik dan jasa kurir selama Lebaran. Sebuah peluang bisnis yang tak bersifat paradox dengan kebijakan pemerintah, sehingga riuh keluhkan pengusaha logistik yang merugi juga tak lagi menjadi ritual tahunan.