News Detail
CAFTA - Peluang dalam Tantangan

Situs Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan antara Tiongkok dan Indonesia

Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN-China (CAFTA) baru saja dimulai pelaksanaannya per 1 Januari 2010 lalu. Namun kenyataannya, perjanjian ini menimbulkan banyak kontroversi apakah akan mampu memberikan dampak positif bagi kepentingan Indonesia. Adi Harsono, ketua Asosiasi Bisnis Indonesia di Shanghai (IBAS) sekaligus wakil ketua Bidang Perdagangan Internasional Kamar Dagang Indonesia, menjawab polemik apakah CAFTA adalah ancaman atau peluang.

Dalam perbincangan interaktif yang diadakan CRI dan Radio Elshinta, Adi mengungkapkan, CAFTA adalah inisiatif yang dimulai sejak tahun 2002 untuk menggabungkan kedua pasar besar dunia---Tiongkok yang berpenduduk 1,3 milyar dengan ASEAN yang hampir mencapai 560 juta jiwa. Sejak itu, perdagangan kedua negara mengalami peningkatan signifikan, bahkan hingga di atas 20 persen. Adi menegaskan, CAFTA berpotensi memberikan peluang yang luar biasa, baik bagi Tiongkok maupun Indonesia.

Menanggapi kenyataan bahwa banyak industri kecil di Indonesia yang mengkhawatirkan pelaksanaan CAFTA, Adi mengingatkan bahwa pelaku industri Indonesia tetap mempunyai peluang untuk bersaing dengan Tiongkok. Misalnya, dibandingkan dengan generasi sebelumnya, tenaga kerja Tiongkok dari era 90'an menunjukkan gejala penurunan etos kerja dan keuletan.

Contoh lain peluang yang bisa dimanfaatkan para pelaku industri Indonesia adalah sarang burung walet yang sangat diminati bangsa Tionghoa. "Sarang burung walet hanya dihasilkan negara-negara Asia Tenggara, sedangkan pasarnya hanya satu: Tiongkok. Iklim di Indonesia sangat cocok untuk menghasilkan sarang burung yang berkualitas baik," katanya. Impor sarang burung walet dari Thailand dan Malaysia dikenakan pajak 0 persen, sedangkan dari Indonesia 20 persen. Dengan penghapusan pajak, maka diharapkan akan meningkatkan daya saing produk Indonesia.

Mengutip falsafah bahasa Mandarin, Adi menunjukkan, kata "krisis" terdiri dari huruf "bahaya (危wei)" dan "kesempatan (机ji)". Di dalam krisis ada peluang.

"Jadi kita harus optimis. Bagi kita pengusaha, jika kita selalu pesimis, produktivitas dan kreativitas kita akan menurun. Dengan lebih banyak komunikasi dan kerja sama antar pemerintah, krisis atau ancaman itu bisa diubah menjadi peluang yang lebih besar lagi," tandasnya.

Sumber:CRI


Back to List

25 Mar 2024

KAI Logistik Perluas Jangkauan Pengiriman hingga ke Kalimantan

Sakina Rakhma Diah Setiawan, Kompas.com, Sabtu 23 Maret 2024

18 Mar 2024

Larangan Angkutan Logistik Saat Libur Hari Besar Keagamaan Munculkan Masalah Baru

Anto Kurniawan, Sindonews.com, Minggu 17 Maret 2024

18 Mar 2024

Kemendag Dorong Relaksasi Pembatasan Angkutan Logistik Saat Hari Raya

Mohamad Nur Asikin, Jawapos.com, Sabtu 16 Maret 2024

08 Mar 2024

Dirjen SDPPI: Hadirnya gudang pintar 5G pecut industri berinovasi

Fathur Rochman, Antaranews.com, Kamis 7 Maret 2024

07 Mar 2024

Jurus Kemenhub Tekan Ongkos Biaya Logistik Supaya Makin Murah

Retno Ayuningrum, Detik.com, Rabu 6 Maret 2024

07 Mar 2024

Transformasi Digital Pelabuhan Dorong Peningkatan Efisiensi Biaya Logistik

Antara, Republika.co.id, Rabu 6 Maret 2024

Copyright © 2015 Asosiasi Logistik Indonesia. All Rights Reserved