Indozone.id, Rabu 11 Desember 2019
INDOZONE.ID - Sejak beberapa tahun terakhir, platform belanja online sangat marak dan begitu cepat perkembangannya di tanah air. Meski demikian, hal ini tak serta merta dinikmati oleh pengusaha logistik. Padahal seharusnya, kedua industri tersebut saling bermutualisme ketika ekonomi digital mulai menanjak.
Hal itu diungkapkan oleh Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), Zaldy Ilham Masita di Jakarta, Rabu (11/12). Menurut Zaldy, banyak perusahaan logistik yang kini mengalami kesulitan. Banyak dari mereka yang keuntungannya tergerus. Ini disebabkan makin banyak perusahaan logistik yang bekerja sama dengan perusahaan situs belanja online e-commerce.
Demi menarik konsumen, biaya ongkos kirim semakin ditekan. Akhirnya banyak e-commerce meminta perusahaan logistik ikut bakar uang demi memuluskan layanan free ongkos kirim.
"Akhirnya ya profit kalangan pebisnis logisitik semakin berat. Jadi buat mereka untuk IPO, menjadi agak berat,” kata Zaldy.
Meski demikian, Zaldy menilai di tahun 2020 sektor logistik akan bergerak naik. Ia cukup optimis bahwa pertumbuhan industri logistik nasional pada tahun depan bisa mencapai 12-13 persen.
Setidaknya ada tiga faktor yang menurutnya akan menopang pertumbuhan industri logistik pada tahun depan. Pertama adalah konsumsi domestik yang bakal lebih besar pada tahun 2020.
Kedua, perdagangan online juga semakin naik. Mayoritas produk yang diperjual belikan secara online merupakan produk lokal. Ketiga, pembangunan infrastruktur terus berlanjut yang bakal meningkatkan keterhubungan antar wilayah di Indonesia.
“Dampak pembangunan infrastruktur pasti ada, tapi jangka panjang, bukan jangka pendek. Contoh Ternate, waktu hanya ada pelabuhan, hanya bisa kirim ikan beku ke Jawa. Sekarang ada bandara, bisa kirim ikan segar ke Jawa. Harga ikan segar lebih tinggi dari ikan beku,” pungkasnya.
Sumber:
https://www.indozone.id/news/9Ds8j5/e-commerce-minta-free-ongkir-pengusaha-logistik-tekor