Publication Detail
Logistik Indonesia Dalam Era Cyber

Gempar Ikka Wijaya

Sebagai negara dengan karakteristik ribuan pulau penataan logistik ini sangat dibutuhkan untuk menjaga pasokan berbagai komoditas penting merata sampai ke seluruh Indonesia. Proses perencanaan harus sangat detil karena jika tidak potensi bencana pasokan komoditas akan menjadi ancaman yang serius di Indonesia. Dalam kondisi normal saja tanpa adanya gangguan atau kondisi darurat, kondisi logistik Indonesia berada dalam kondisi yang cukup sulit dikendalikan dan dimanajemen dengan baik, apalagi jika kondisi darurat muncul di tengah-tengah negara, tidak terbayangkan apa yang akan terjadi. Dalam kondisi bencana dahsyat misalnya bagaimana proses pengendalian logistik vital dilakukan, adalah menjadi sebuah hal penting yang harus dipikirkan dengan baik.Atau dalam kondisi khusus misalkan pada saat kegiatan penting kenegaraan seperti Pemilu atau pelaksanaan Ujian Nasional misalnya, bagaimana proses logistik dilakukan dalam kondisi khusus seperti ini dilakukan dengan baik ?

Sebaran penduduk Indonesia yang berada di 17 ribu pulau lebih membuat perencanaan logistik harus diperhatikan dengan baik. Bagaimana membuat rakyat yang tersebar dengan sebaran yang sangat kompleks ini mampu dilayani oleh negara dengan baik. Dari sisi perencanaan dan pengolahan Sumber daya alam, logistik juga memegang peranan penting. Karena sebaran sumber daya alam yang timpang dengan sebaran penduduk dan juga sebaran perangkat pendukung pengolah sumber daya alam juga menjadi permasalahan penting bagi negara. Negara berbasis sumber daya alam seperti Indonesia harus memperhatikan bagaimana logistik yang terkait dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam, karena jika tidak sumber daya alam yang kita miliki justru akan menjadi bumerang bagi pengembangan bangsa dan negara sendiri. Banyak unsur asing, negara asaing, penduduk negara lain, korporasi yang tertarik dengan sumber daya alam yang berpotensi mengganggu keberadaan sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia.Sedemikian kompleknya kondisi sumber daya alam dan kondisi logistik Indonesia, sampai saat ini Pemerrintah baru mampu mendefinisikan 10 (sepuluh) "Produk Utama", yang terkait dengan logistik perdagangan internasionl (expor), yaitu: Tekstil, Elektronika, Karet dan Produk Karet, Kelapa Sawit dan Produk Kelapa Sawit, Produk Hasil Hutan, Alas Kaki, Otomotip, Udang dan Kakap. Juga ada kategori 10 (sepuluh) "Produk Potensial", yaitu Makanan Olahan, Perhiasan, Kerajinan, Ikan dan Produk Perikanan, Rempah-rempah, Kulit dan Produk Kulit, Peralatan Medis, Peralatan Kantor, Minyak Katsiri, dan Tanaman Obat. Kondisi ini sangat kontras dengan komoditas yang memiliki karakter keragaman sampai ratusan dan ribuan yang ada di Indonesia.

Belum lagi jika kondisi ini ditarik lagi dengan adanya informasi menjelang tahun 2012 yang akan datang akan ada lebih dari 12 kapal megaship yang akan memasuki pasar Iogistik global, bagaimana kesiapan Indonesia menghadapi hal ini. Sebuah Mega ship mampu membawa lebih dari 10 ribu kontainer ukuran besar.

Cetak Biru Penataan Dan Pengembangan Sektor Logistik Indonesia telah disusun oleh Menko Bidang Perekonomian untuk mewadahi aktivitas logistik di Indonesia menetapkan adanya strategi penting yang harus diperhatikan dengan baik. Menko perekonomian menetapkan ada 6 prioritas penting untuk menjadi faktor penting yang harus diperhatikan dalam pengelolaan aktivitas logistik nasioanal diantaranya adalah

- Komoditas Penentu (Key Commodities),
- Peraturan dan Perundangan (Laws and Regulations),
- Prasarana dan Sarana (Infrastructure),
- Sumber Daya Manusia dan Manajemen (Human Resources and Management),
- Teknologi Informasi dan Komunikasi (Information and Communication Technology)
- Penyedia Jasa Logistik (Logistics Service Providers).

Penelitian dan survey Global Competitiveness Index (GCI) yang dilakukan oleh World Economic Forum pada tahun 2007-2008 menempatkan Indonesia pada urutan ke 54 dari 131 negara yang disurvey, berada dibawah Thailand (28), Malaysia (21), dan Singapura (7). Dalam laporan survey Logistics Performance Index (LPI) tahun 2007, Bank Dunia menempatkan Indonesia pada posisi ke 43, dari 150 negara yang di survey, berada dibawah Singapura, Malaysia dan Thailand. Khusus untuk salah satu dari 7 (tujuh) tolok ukur yang ada dalam LPI diatas, indikator biaya logistik domestik Indonesia berada di peringkat 92 dari total 150 negara yang disurvey.

Persaingan saat ini adalah persaingan antar rantai suplai. Logistik adalah kegiatan dalam Rantai Suplai. Sektor logistik penting dalam peningkatan daya saing negara. Porsi biaya logistik terhadap harga barang adalah sekitar 20% lebih. Biaya logistik negara di dunia memiliki besaran sekitar 10%-20% untuk negara maju dan berkembang. Kondisi ini telah menginspirasi banyak negara untuk melakukan penataan dan merumuskan kebijakan nasional mereka dalam sektor logistik.

Indonesia bisa menjadikan perkembangan di beberapa negara sebagai referensi yang sangat berharga. Australia misalnya, mematok sasaran dan strategi bisnis logistik sebagai bagian dari daya saing nasional. Untuk itu, mereka membentuk Australian Logistics Council yang khusus menangani masalah ini. Hong Kong mencanangkan visi sebagai "Gateway for Pearl River Delta", yaitu pintu gerbang ke wilayah China di sekitarnya. Singapore jelas menempatkan strategi sektor logistik menjadi primadona industrinya dan memiliki visi "A Leading Integrated Logistics Hub in Asia by 2010″. Masyarakat Ekonomi Eropa, melalui "EULOC Vision 2015″, mendukung terbangunnya "linkage" antar negara anggota, untuk meningkatkan daya saing satu Eropa, melalui peningkatan standardisasi logistik. Amerika Serikat memiliki "VISION 2050: An Integrated National Transportation System" yang fokus pada pembangunan sarana dan prasarana transportasi yang dibutuhkan oleh semua industri.

Sementara Thailand, merencanakan menjadi "Regional Logistics Hub" untuk kawasan Indochina (Vietnam, Laos, Kamboja, Myanmar dan sebagian Mainland China). Thailand juga mencanangkan tujuan untuk dapat menurunkan total biaya logistik-nya sebanyak 9% selama 5 tahun ke depan.

Belajar dari pengalaman negara-negara sebagaimana tersebut di atas, Indonesia selayaknya sudah dapat menentukan "Visi" ke depan yang tersendiri untuk mengembangkan sektor logistik nasional yang kemudian dijabarkan dalam "Strategi" dan "Peta Jalan (Roadmap)" sebagai acuan pembangunan dan pengembangan sektor lain yang terkait. Rumusan Visi Logistik Indonesia harus mewakili karakter Indonesia yang unik, antara lain:

perspektif Indonesia sebagai "supply side", sekaligus "demand side", dalam rantai suplai global, juga terdiri dari kepulauan yang luas (peran sebagai "hub" atau sejenisnya bukan pilihan), memberikan gambaran kemampuan menghadapi tantangan global yang saat ini dan masa depan dalam era kompetisi rantai suplai, mencerminkan suatu mimpi yang ingin diwujudkan, suatu visi sebaiknya dapat dinyatakan dalam satu kalimat, dengan Headline-nya fokus pada kata-kata pembeda dibanding visi-visi terkait/pesaing yang lain, dan Statement-nya menyatakan visi secara lengkap, dan menunjukkan suatu sasaran yang jelas (waktu atau jumlah).

Dengan pertimbangan tersebut, maka Headline dan Statement dari Visi Logistik Indonesia adalah:

"Vision 2025: Locally Integrated, Globally Connected"
(Visi 2025: Terintegrasi Secara Lokal, Terhubung Secara Global)

"Pada tahun 2025, Sektor Logistik Indonesia, yang secara domestik terintegrasi antar-pulau dan secara internasional terkoneksi dengan ekonomi utama dunia, dengan efisien dan efektif, akan meningkatkan daya saing nasional untuk sukses dalam era persaingan rantai suplai dunia

 

http://artikeltulisan.wordpress.com/2011/05/18/logistik-indonesia-dalam-era-cyber/

 


Back to List

Copyright © 2015 Asosiasi Logistik Indonesia. All Rights Reserved